Panitia Olimpiade Tokyo Ingatkan Atlet Jangan Gigit Medali: Benda Itu Tak Bisa Dimakan!
ERA.id - Foto hingga tayangan dari ajang Olimpiade tak pernah lewat mengabadikan momen khas di atas podium pengalungan medali, yaitu ketika para atlet berpose tersenyum sambil menggigit medali mereka.
Seakan-akan, pose itu mau berbicara soal bagaimana 'rasanya' sebuah kemenangan.
Namun, ritual para Olympian ini tak lepas dari perhatian panitia Olimpiade Tokyo 2020, yang memberikan panduan secara jenaka agar atlet tak menggigit medali mereka.
Dalam sebuah cuitan di Twitter, (25/7/2021), Panitia Olimpiade Tokyo 2020 memberitahu para atlet bahwa medali-medali yang mereka dapatkan "tidak bisa dimakan".
"Kami hanya ingin mengonfirmasi secara resmi bahwa medali #Tokyo2020 tidak bisa dimakan!"
"Medali kami dibuat dari material yang didaur-ulang dari peralatan elektronik yang disumbangkan oleh masyarakat Jepang."
"Jadi, kalian tidak perlu menggigit medali-medali itu... tapi kami tahu kalian akan tetap menggigitnya. #UnitedByEmotion."
Cuitan itu masih dilanjutkan dengan posting lainnya yang menyertakan potret empat atlet pemenang Olimpiade sedang menggigit medali mereka. Akun resmi Olimpiade Tokyo, @Tokyo2020, itu menulis, "Kalian harus membuka bungkusnya lebih dulu untuk bisa makan cokelat yang ada di dalamnya."
Seperti disebut di cuitan pertama, medali-medali yang dikalungkan ke sejumlah atlet - berbahan emas, perak, atau perunggu - memang tidak dibuat dari logam mulia murni. Melansir Mashable, (3/8/2021), medali itu dibuat dari jutaan alat elektronik yang dikumpullkan selama dua tahun, dari 1 April 2017 hingga 31 Maret 2019.
Kabarnya, sumbangan elektronik itu 90 persennya datang dari masyarakat Jepang sendiri.
Berat logam mulia yang terkumpul - setelah proses pemisahan - adalah 32 kg emas, 3.500 kg perak, dan 2.200 kg perunggu.
Mengenai pertanyaan kenapa atlet menggigit medali mereka, sejarawan Amerika dan juga komentator TV David Wallechinsky mengatakan tidak ada cerita khusus dari kebiasaan tersebut. Namun, ia meyakini para atlet kemungkinan berpose seperti itu karena arahan dari para fotografer.
"Pose itu menjadi obsesi para fotografer. Menurut saya, mereka melihat pose itu sebagai pose ikonik, sebagai sesuatu yang bisa Anda jual," ucapnya, melansir CNN.
"Saya ragu hal tersebut adalah suatu hal yang akan dilakukan sendiri oleh para atlet."