KH Najih Maimoen: Miftah Bukan Anak Kiai, Tak Pantas Dipanggil 'Gus'
ERA.id - Belum lama ini, panggilan 'Gus' kepada Miftah, dikritisi oleh putra Kyai Maimun Zubair, Muhammad Najih Maimun atau Gus Najih. Menurutnya, hanya anak kiai yang pantas menyematkan nama 'Gus' di belakang namanya.
Hal tersebut diucapkan Gus Najih usai video Miftah ceramah di Gereja Bethel Indonesia atau GBI. Intinya, kata Gus Najih, pendakwah yang dekat dengan Deddy itu bukan anak dari Kiai Nahdatul Ulama (NU).
“Ini kemarin ada video orang yang namanya Gus, dia bukan Gus artinya bukan anak kiai, ada juga Muwafiq juga bukan anak kiai. Gus Nuril juga bukan. Orang bukan anak kiai tapi dinamakan Gus biar cepat tenar,” ujar Gus Najih dikutip dari kalan YouTube Ribath Darusshohihain.
Gus Najih menambahkan, yang dibuat Miftah adalah ajaran dari Islam Nusantara yang dipopulerkan Said Aqil Siradj. Apa itu? Memandang semua ajaran agama itu sama.
“Ini dia bikin puisi di Gereja, di belakangnya ada salib. Dia mengatakan; di saat aku memegang tasbih kau memegang salib, aku ke Istiqlal kau ke Katredal. Ini namanya Islam Nusantara. Kalau Islam Nusantara yang baik, kita pertahankan seperti sowan-sowan kepada orang tua. Kalau di Gereja itu Islam Nusantara, islamnya bikinan Said Aqil,” kata Gus Najih.
Dia menilai bahwa cara seperti yang dilakukan Miftah itu kufur dan syirik.
“Kesannya adalah ke gereja ga apa-apa, ada salib di atasnya ga apa-apa. Nin kesan-kesan yang membenarkan kekufuran dan kesyirikan. Kata Miftah kami memanggil Allah, mereka manggil Yesus Kristus, hanya masalah nama, Tuhannya berarti sama, nauzubillah,” cetusnya.
Untuk diketahui, Gus Miftah memang sempat dihujat netizen dengan kata-kata "Miftah sesat," "Miftah kafir," "Syahadatnya batal," dan lain sebagainya usai mendatangi gereja. Namun dari itu semua, Gus Miftah bersyukur. "Saya hanya berpikir, orang seperti saya yang dikasih Allah untuk membimbing sekian ratus orang untuk bersyahadat menjadi mualaf hanya gara-gara video itu saya dikatakan kafir. Luar biasa. Itu dakwah zaman sekarang. Kalau dakwah zaman dulu tugasnya mengislamkan orang kafir, dakwah hari ini mengkafir-kafirkan orang Islam," ucapnya.
Terakhir, Gus Miftah lalu membacakan Mausuf Al Fiqh Kuwait, yakni kitab ensiklopedia fiqih dari berbagai mazhab. Kitab itu disebut sebagai pijakannya melakukan orasi kebangsaan yang belakangan menjadi kontroversi.
"Minimal ada empat perbedaan pendapat ulama tentang masuk gereja bahkan salat. Enggak perlu diterjemahkan pasti netizen yang menghujat saya lebih paham," tandas Gus Miftah, usai membaca isi kitab berbahasa Arab tanpa menjelaskan artinya kepada khalayak.