Makam Keluarga Raja Gowa Tergenang, Legislator Gerindra Soroti Adnan cs: Kasihan...

ERA.id - Kompleks pemakaman keluarga keturunan raja-raja Gowa di Jalan Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, terkesan terabaikan oleh Pemkab Gowa yang digawangi Adnan Purichta.

Legislator Gerindra Gowa, Dian Purnamasari membeberi catatan khusus kepada pihak Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Pemkab Gowa.

"Puluhan makam anak hingga cucu keturunan raja Gowa tergenang air. Miris sekali kita lihat kenyataan itu. Coba dipikir, apakah kita sudah merasa beradat dengan kondisi tersebut?" beber Dian kepada ERA, Senin (1/11/2021).

Dian menekankan Bupati Adnan mestinya menyoroti bawahannya untuk memelihara aset peninggalan raja-raja Gowa yang ada. "Ayo dong kita bareng-bareng jaga ini barang (aset kerajaan)," tambahnya.

Dian yang datang bersama legislator lain ke pemakaman keluarga raja Gowa itu, melihat betul kalau tembok pagar kompleks pemakaman sudah berlumut dan halaman depan hingga bagian dalam kompleks pemakaman banjir.

"Saya lihat sejumlah kuburan keluarga keturunan Raja Gowa hampir semua digenangi air. Pagar tembok yang dikabarkan sudah mendapat alokasi anggaran untuk revitalisasi, masih berlumut. Kok bisa ya?"

Akhirnya, ia pun meyayangkan kondisi peninggalan aset kerajaan yang dahulu terkenal dengan sejarahnya dalam melawan pemberontakan VOC tersebut.

"Kita semua tahu bahwa Gowa itu dijuluki Kota Bersejarah bahkan hingga ke luar negeri. Jika ini dibiarkan begitu saja, tidak menutup kemungkinan sejarah Kerajaan Gowa itu akan punah jika tidak diperhatikan secara khusus," sebutnya.

Dian Purnamasari dan legislator lain saat mendatangi makam keluarga raja Gowa yang tergenang

Sebelumnya, Dian bersama koleganya di DPRD Gowa juga mengunjungi istana kerajaan yakni Balla Lompoa yang kini dijadikan sebagai museum.

Di sana, Dian menemukan sejumlah acara seremonial digelar tanpa ada sentuhan adat istiadat khas Kerajaan Gowa, seperti perlombaan baca puisi oleh anak SD dari 18 di ruang tamu rumah Sultan Hasanuddin tersebut.

Singasana Raja Gowa bahkan ditempeli spanduk lomba puisi yang direstui oleh Disparekraf dan Disdik Pemkab Gowa.

"Saat itu saya lihat banyak sampah menumpuk di dalam ruangan. Padahal itu tidak boleh dilaksanakan acara yang bukan berbau kerajaan. Bahkan, seharusnya orang yang mau masuk ke dalam rumah sakral itu, harus izin dari pihak keluarga kerajaan," ungkapnya.

Informasi yang dihimpun, sejumlah ruangan seperti toilet (kamar mandi), ruang tamu hingga atap rumah kebanggaan masyarakat Kabupaten Gowa tampak rusak dan tidak diperbaiki.

Pelataran halaman Balla Lompoa yang kabarnya memakan anggaran hingga Rp7 Miliar, juga terlihat terbengkalai.

"Belum cukup lima tahun sudah banyak yang lubang (pelataran). Kasihan kalau ini dibiarkan terus menerus dan bisa-bisa kita kehilangan bukti sejarah Kerajaan Gowa," pungkasnya.