Momen Pengungsi Afganistan Minta Bantuan Jokowi: Pak Presiden Tolong Carikan Kami Solusi
ERA.id - Puluhan imigran asal Afganistan di Kota Medan kembali mendesak UNHCR untuk segera mengirimkan mereka ke negara ketiga.
Hal itu dilakukan dengan menggelar demonstrasi di depan pintu masuk gedung perkantoran Forum Nine, tempat berkantornya UNHCR, Jalan Imam Bonjol, Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (18/11/2021).
"Kami sudah hampir 15 hari protes bertenda di depan UNHCR tapi tidak ada satu pun yang datang dan menemui kami untuk mencari solusi. Tapi sampai sekarang tidak ada solusi," ungkap perwakilan pengungsi Afganistan, Ali Abasar.
Ali dan puluhan imigran lainnya menyampaikan kekecewaannya atas sikap UNHCR yang dinilai terkesan abai atas nasib mereka.
Meski sudah 15 hari menggelar aksi demonstrasi, tidak satu pun dari pejabat dari UNHCR datang dan berdialog mengenai nasib para imigran.
Kami minta PBB, UNHCR berikan solusi terbaik untuk kami, dua solusi sudah tidak ada memungkinkan, maka negara ketiga sebagai solusi, maka berikan hak kami.
"Kami tidak akan pulang, kami akan bermalam disini sampai pimpinan UNHCR datang kesini menemui kami. Mereka (UNHCR) berjanji akan menemui kami, katanya pimpinan mereka akan datang ke Medan, tapi tidak jelas kapan," bebernya.
Selain mendesak UNHCR, pengungsi juga mendesak dan meminta pemerintah Indonesia tidak menutup mata atas kondisi yang mereka alami. Sepuluh tahun berada di Indonesia, kata Ali, setidaknya 14 pemuda imigran Afganistan tewas bunuh diri lantaran stres dengan ketidak pastian hidup.
"Bapak presiden Jokowi tolong kami, tolong cari kami solusi. Indonesia memang tidak bertandatangan (Konvensi 1951) tapi punya tanggungjawab mendesak internasional agar kami segera diberangkatkan ke negara ketiga," ujarnya.
Kata dia, tiga solusi sudah pernah ditawarkan oleh imigran kepada UNHCR, kendati demikian satu pun solusi itu belum ada yang terealisasi.
Dua dari solusi tersebut adalah memulangkan mereka kembali ke negara asalnya jika kondisi sudah memungkinkan. Sementara solusi lain adalah memberi hak kepada mereka untuk dapat hidup layaknya manusia pada umumnya.
"Pulangkan kami kalau mereka (UNHCR) menilai kondisi sudah aman atau beri kami hak lokal supaya kami hidup bisa seperti orang-orang yakni mendapat pendidikan, berkendara, atau bekerja. Tapi solusi dua ini tertutup, hanya ada satu solusi yakni mengirim kami ke negara ketiga. Padahal ada empat negara yang bersedia menerima kami, tapi kenapa kami tidak ada kepastian," pungkasnya.