Kenali 2 Jenis Kanker Paru-paru, Timbul dari Efek Samping Merokok Aktif dan Pasif

ERA.id - Global Burden of Cancer Study memaparkan kasus dan kematian akibat kanker di Indonesia meningkat hingga 8,8 persen. Kanker paru-paru menjadi salah satu dari tiga jenis kanker yang paling umum diderita pasien di Indonesia, bahkan angka kematian akibat kanker paru-paru meningkat 18 persen pada tahun 2020.

Meningkatnya kematian karena kanker paru yang dipengaruhi COVID-19 turut menambah risiko bagi pasien. Pasalnya, virus dapat memperburuk kondisi. Selain itu, masih sedikit orang yang belum begitu sadar akan penyakit ini dan jenis-jenisnya.

Kanker paru-paru nyatanya memiliki dua jenis yakni kanker paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru non-sel kecil (NSCLC). Medical Oncologist di Parkway Cancer Center (PCC), Singapore, Dr. Chai Tan Min, menyampaikan bahwa SCLC lebih berbahaya dan pertumbuhan sel kanker lebih agresif dibanding NSCLC.

SCLC disebut dapat berkembang dan menyebar secara cepat ke bagian tubuh lainnya. Jenis kanker paru ini erat kaitannya dengan efek samping merokok. Kandungan berbahaya yang ada dalam rokok jika terus menerus masuk ke dalam tubuh bisa mengembangkan sel kanker.

"Merokok tentunya menjadi faktor risiko terbesar timbulnya kanker paru, yang bertanggung jawab atas lebih dari 80 persen kasus kanker paru di dunia. Kandungan berbahaya pada rokok dapat merusak sel paru-paru dan seiring berjalannya waktu bisa berkembang menjadi kanker," ujar Dr. Chin, saat virtual media briefing bertajuk Perawatan Kanker Paru Holistik di PCC dan CanHope, pada Rabu (8/12/2021).

Tak hanya bagi perokok aktif, perokok pasif juga bisa menderita kanker paru. Ini mengkhawatirkan karena selain banyaknya orang yang merokok secara aktif, orang yang terpapar asap rokok di Indonesia juga banyak.

"Perokok pasif juga berisiko terjangkit kanker paru. Ini sangat memprihatinkan mengingat tingginya jumlah perokok di Indonesia dan banyak pula orang yang terpapar asap rokok setiap harinya," kata Dr. Chin.

Sementara itu, Dr. Chin menjelaskan bahwa kanker paru jenis NSCLC terbukti tidak seagresif SCLC, yang mana cenderung berkembang dan menyebar lebih lambat. Diketahui sebagian besar kasus kanker paru di Indonesia adalah jenis NSCLC.