Kenangan Warga soal Rumah Sakit Batua Sebelum Pembangunannya Mangkrak dan Berkasus
ERA.id - Puskesmas Batua di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, sempat ingin berganti wajah menjadi Rumah Sakit Batua. Sayang, pembangunannya mangkrak.
Beberapa orang lantas ditahan dan dijadikan tersangka oleh Polda Sulsel karena aroma korupsi dalam pembangunan rumah sakit tersebut terendus.
Beberapa orang yang ditahan adalah orang dekat Wali Kota Makassar Danny Pomanto, mereka yakni Kepala Dinas Kesehatan Makassar Andi Naisyah Tun Azikin (AN) berperan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Kemudian, Sri Rahmayani Malik (SR) PNS Pemkot Makassar sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), disusul Muh Alwi (MA) PNS Pemkot Makassar sebagai Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). Selanjutnya, Hamsaruddin (HS), Mediswaty (MW), dan Andi Sahar (AS) berperan selaku Kelompok Kerja (Pokja) Unit Layanan Pengadaan (ULP) Makassar.
Berikutnya, Firman Marwan (FM) PNS Pemkot Makassar berperan sebagai Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP), Andi Erwin Hatta Sulolipu (AEHS) sebagai Direktur PT Tri Mitra Sukses Sejahtera, Muhammad Kadafi Marikar (MK) sebagai Direktur PT Sultana Nugraha, dan Andi Ilham Hatta Sulolipu (AIHS) Kuasa Direktur PT Sultana Nugraha.
Lalu, Konsultan Inspektur Pengawasan CV Sukma Lestari masing-masing Dantje Runtulalo (DR), Anjas Prasetya Runtulalo (APR) serta Ruspiyanto (RP).
Kini, kondisi Puskesmas Batua yang berada di Jalan Abdul Daeng Sirua itu, mirip bangunan berhantu. Ditinggal sampai sepi dan tak dibangun lagi seperti dulu. Adapun soal perkembangan kasusnya, bisa dibaca di sini.
ERA.id pun mewawancara warga sekitar soal kenangan mereka terkait bangunan yang dulunya kerap ditempati banyak warga berobat dan bersalin.
Namun sebelum lebih jauh, perlu diketahui kalau lokasi Puskesmas Batua tepat bersampingan dengan kompleks Sekolah Dasar (SD) Batua.
Sebab berdampingan, anak sekolah kerap bermain di wilayah puskesmas, baik saat istirahat atau bel jam pulang sudah berbunyi.
Salah seorang warga Batua bernama Fitri, mengaku ketika anak keduanya lahir di Puskesmas Batua.
Saat itu, ia merasa tertolong, karena ketuban Fitri pecah dan itulah tempat terdekat yang bisa dijangkau.
"Andai kata tidak ada Puskesmas Batua, mungkin saya melahirkan di dalam pete-pete (angkot) karena tak tahan lagi," ucap Fitri.
Berbeda dengan kisah yang diutarakan oleh Rizal, warga Bontobila yang dulunya bermain di lingkungan Puskesmas Batua usai pulang sekolah.
Kata Rizal, ia bersama teman kelasnya, terkadang dirinya mampir untuk memanjati pohon coppeng (anggur bugis atau juwet) yang berada di samping ruang para dokter yang bertugas.
"Saya ingat dulu kalau musim buah coppeng saya panjat pohonnya, lalu teman saya menunggu di bawah. Tapi sekarang sudah jadi gedung terbengkalai," sebutnya.
Hal senanda dikatakan Udin. Saat ditanya ERA.id, ia merasa janggal dengan gedung Puskesmas Batua yang sementara dibangun.
Sebab, tangga gedung yang bakal menjadi rumah sakit tipe C nantinya itu, salah dalam pembangunan.
"Kalau ada pasien tiba-tiba lewat di sini (tangga) pasti kejedot kepalanya (ke bangunan tangga menuju lantai selanjutnya), karena ini beton," katanya sembari tertawa.
Belum diketahui apakah Pemkot Makassar akan melanjutkan pembangunan Puskesmas Batua menjadi Rumah Sakit Batua tersebut. Yang jelas, warga sekitar merasa sangat terbantu dengan Puskesmas Batua yang kini pembangunannya mangkrak tersebut.