Muhammadiyah Beri Usulan RUU Anti-terorisme
"Dua hari lalu PP Muhammadiyah memberikan masukan tertulis yang diantarkan Busyro Muqoddas yang diserahkan langsung kepada Ketua DPR Bambang Soesatyo. Memang terkesan agak terlambat tapi sebetulnya tidak, karena Muhammadiyah punya target sendiri kapan revisi UU bisa selesai," tutur Ketua PP Muhammadiyah Bahtiar Effendi di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (25/5/2018).
Bahtiar menilai, jika berbentuk komisi, kerja sama antar lembaga yang selama ini kurang maksimal bisa berjalan dengan baik. Muhammadiyah menyarankan komisi tersebut berisi tentara, polri, tokoh masyarakat, tokoh agama dan akademisi.
"Tugas Muhammadiyah adalah memberikan masukan sebagai bukti kami mendukung proses yg dilakukan negara, pemerintah, lembaga DPR. Mudah-mudahan dengan masukan Muhammadiyah dalam lima tahun tak ada teror lagi. Itu keinginan kami," lanjut Bahtiar.
Baca Juga : Definisi Terorisme yang Belum Sepakat di RUU Anti-teror
(Infografis/era.id)
Baca Juga : DPR Berharap RUU Anti-terorisme Selesai Pekan Ini
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo berencana mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) untuk masalah terorisme. Sebab, RUU Nomor 15 Tahun 2003 hingga kini belum rampung.
Undang-Undang ini perlu dikebut karena polisi butuh payung hukum dalam penindakan kasus terorisme. Pasalnya revisi UU ini digarap DPR sejak Februari 2016--setelah terjadi bom Thamrin--Namun, hingga kini revisi ini belum kelar.
Baca Juga : Menhan: Jangan Sampai Kita Takut Teroris
Pada 13 Mei 2018 lalu, Indonesia dirundung duka mendalam. Serangan bom bunuh diri mengarah kepada tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, menyebabkan belasan orang meninggal dunia dan lebih dari 40 orang mengalami luka bakar serius. Korban terakhir yang meninggal dunia adalah Catur Giri Sungkowo (47) karena luka bakar di atas 80 persen.
Catur merupakan satpam dari Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Saat kejadian, dia coba menahan laju mobil Avanza yang dikemudikan Dita Oepriarto. Tapi tiba-tiba, bumm... mobil tersebut meledak. Korban terbanyak diketahui berasal dari gereja ini.
Semua orang, termasuk Presiden Jokowi, mengutuk keras aksi biadab ini. Bukan cuma karena menimbulkan banyak korban. Tapi teroris mengikutsertakan anak-anak mereka yang masih di bawah umur sebagai pelaku.
Baca Juga : Indonesia: Bangsa Paling 'Kurang Ajar' buat Terorisme
(Infografis/era.id)