Jalan Sunyi Seorang Ibnu Taimiyah: Menulis 500 Karya, Menjomlo Sepanjang Hayat..

ERA.id - Bila kalian masih berstatus jomlo, jangan bersedih. Banyak ulama yang berstatus jomlo sampai ajal menjemputnya. Salah satunya adalah Syaikhul Islam Taqiyuddin Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin al-Khadhir bin Muhammad bin al-Khadhir bin Ali bin Abdullah bin Taimiyah al-Harrani. Ia lebih dikenal dengan nama pendeknya, Ibnu Taimiyah. 

Taimiyah lahir pada 22 Januari 1263 M atau 10 Rabiul Awal 661 H di Desa Harran, sebuah desa yang terletak di antara Syam (mencakup Palestina, Suriah, Yordania, dan Lebanon) dan Irak, sebelah tenggara Turki kini. Pada 26 September 1348 atau 20 Dzulqaidah 728 H, ia wafat dengan usia 67 tahun di Damaskus, Suriah. 

Ia lahir ketika meletusnya gelombang ekspansi bangsa Mongol ke beberapa wilayah Eropa. Pasukan yang dipimpin Genghis Khan ini tidak hanya menjarah daratan Cina, tetapi juga menyerang Timur Tengah, bahkan sampai ke seberang lautan (juga ke Indonesia).

Ibnu Taimiyah seorang ulama besar. Ia banyak disebut salah satu pemikir Islam yang banyak dirujuk pemikiran atau pandangannya. Selain itu, ia juga tokoh politik kontroversial sebab selalu teguh dengan pendirianya, wabilkhusus perihal syariat Islam.

Ia pengikut mazhab Hambali setia. Pendiriannya yang tidak berkompromi tersebut membuat Taimiyah beberapa kali masuk penjara. Namun, pemikirannya masih berpengaruh hingga sekarang. 

Kecerdasan Taimiyah tidak lepas dari latar belakang keluarganya. Ayahnya, Syihabuddin bin Taimiyah, adalah seorang syekh, hakim, dan khatib. Sedangkan kakeknya, Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani, adalah seorang ulama yang menguasai fikih, hadis, tafsir, ilmu ushul, dan penghafal Alquran (hafiz).

Selain keluarga, pada zaman ia lahir, peradaban Islam sedang maju. Perpustakaan di Baghdad berada di mana-mana. Memungkinkan ia tumbuh dengan baik. Ingin belajar ada buku, ingin bertanya ada keluarga yang mampu menjawab kapan saja. 

Sayangnya, Taimiyah harus pindah ke Damaskus karena Kota Baghdad telah hancur diserbu pasukan Mongol. 

Tak berapa lama di Damaskus, ia lekas menghafal Alquran dan mempelajari berbagai cabang ilmu. Pada umur belasan tahun, ia telah menguasai ilmu ushuluddin (pokok agama), mendalami bidang tafsir, hadis, dan bahasa Arab.

Dan ketika beranjak dewasa, Ibnu Taimiyah telah mengeluarkan fatwa perihal masalah keagamaan. 

Setelah ayahnya meninggal, ia diberi tanggung jawab untuk pengelola sekolah. Dari situ, ia menjadi guru besa dalam bidang hadis di Damaskus. 

Ilmunya telah mumpuni sehingga banyak orang yang ingin belajar Islam kepadanya. Muridnya sangat banyak. Beberapa muridnya yang terkenal ialah Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ibnu Katsir, Al-Dhahabi, dan Al-Mizzi.

Ia banyak mengkritik syariat yang melenceng dari ajaran Nabi Muhammad saw. Kritikan tersebut ia sampaikan lewat tulisan. Dan cara seperti itulah yang kerap dilakukan oleh banyak intelektual. 

Pada 1292, Ibnu Taimiyah menulis kitab Manasik al-Hajj yang berisi perihal praktik bidah yang ia temui di Tanah Suci Mekah. 

Semasa hidupnya diperkirakan ia telah menulis sekitar 500 karya. Kesetiaannya pada umat Islam dan bertungkus lumus dengan ilmu pengetahuan membuat ia lupa kepada sosok pasangan. Begitulah jomlo yang bermanfaat.