Kisah Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman yang Menolak Tawaran Pencitraan
ERA.id - Seorang pekerja di Kantor Gubernur Sulsel, membocorkan bagaimana sikap Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Sudirman Sulaiman. Katanya, Sudirman enggan pencitraan selaiknya pejabat selevel dirinya.
Dia lebih memilih fokus membangun jalan-jalan yang rusak di beberapa daerah. Lewat status Facebook, Bang Irwan Inspirer menulis secuplik kisahnya saat berbincang dengan Sudirman. Apa katanya? Berikut isi status yang ditulis ulang oleh ERA, tanpa diubah maknanya.
"Pagi ini seorang kawan mengirimkan saya gambar memes Gubernur Sulsel dengan hashtage #gubernurkuorangbaik. Entah mengapa diksi ini tiba-tiba membuat saya ingin menuliskan begitu banyak pengalaman-pengalaman pribadi bersama beliau.
Sesuatu yang selama ini tertahan dan urung saya lakukan karena menjaga conflict of interest saya sebagai tim staf beliau.
Ada banyak cerita dalam pengalaman saya yang menggambarkan kepribadian beliau sebagai orang baik. Tapi lewat tulisan ini saya ingin berbagi tentang baiknya beliau sebagai seorang pemimpin.
Suatu ketika selepas mendengarkan presentasi tentang performance Pemprov Sulsel tahun 2021, seorang kawan surveyor menyarankan berbagai strategi pencitraan kepada Gubernur Sulsel untuk meningkatkan popularitas persoanalnya sebagaimana kepala-kepala Daerah lainnya di Indonesia saat ini.
Sambil tersenyum pak Gubernur bercerita. Dulu saya pernah tertangkap kamera sedang mengantar anak saya ke sekolah menggunakan sepeda motor. Dan ternyata foto itu viral. Banyak yang memuji. Orang bertepuk tangan, "pemimpin kita sederhana!". Tetapi, semua itu tidak memberikan manfaat kepada mereka kan? Manfaatnya hanya kepada saya. Orang memuju-muji saya.
Tapi sejak menjabat, baik sebagai Wakil Gubernur maupun sebagai Gubernur, saya telah membangun berbagai macam infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat: jalan, jembatan, bendungan dan irigasi, membuka akses daerah-daerah terisolir, serta berbagai program-program yang menyentuh masyarakat.
Tidak ada yang tepuk tangan. Dan kita tidak melihatnya viral. Tapi siapa yang rasakan manfaatnya? Masyarakat. Nah itulah pilihan saya sebagai pemimpin.
Saya lebih senang jika rakyat saya merasakan manfaat dan terselesaikan persoalannya karena kebijakan-kebijakan yang riil, dari pada mereka bertepuk tangan terhadap saya untuk sesuatu yang tidak memberikan manfaat kepada mereka sama sekali. Saya bisa melakukan pencitraan setiap hari, tapi itu tidak berguna sama sekali.
Mendengar cerita pak Gubernur, kawan surveyor manggut-manggut terkesima. Mungkin dalam benak kawan ini, masih ada juga pemimpin semacam ini di Indonesia.
Padahal saat ini adalah era marketing politik, di mana para pejabat menjual hal-hal sepele yang dan tidak penting untuk dikemas menjadi citra.
Dan bagi saya, #gubernurkuorangbaik, #gubernurkitaorangbaik. Satu dari sedikit orang yang orientasinya adalah pertanggungjawaban atas amanah, di dunia dan di akhirat."