Profil Prof Sahetapy: Bintang ILC, Pakar Hukum Unair, dan Mantan Legislator PDIP

| 21 Sep 2021 10:49
Profil Prof Sahetapy: Bintang ILC, Pakar Hukum Unair, dan Mantan Legislator PDIP
Prof Jacob Elfinus Sahetapy meninggal dunia. (Foto: instagram Fakultas Hukum Unair)

ERA.id - Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya dan pakar hukum milik Indonesia serta bintang tamu yang suka wara-wiri di Indonesia Lawyers Club (ILC), Profesor J.E Sahetapy, meninggal dunia hari ini, pagi pukul 07.00, Selasa (21/9/2021).

Kabar tersebut disampaikan oleh rekannya yang juga mantan menteri dalam kabinet Jokowi-JK, Rizal Ramli.

"Turut berduka cita yg dalam atas kepergian sahabat, man of integrity, Prof JE Sahetapy. Kawan seperjuangan melawan sistim otoriter. May He Rest in Peace," tulis Rizal dalam akun Twitter-nya.

Tidak cuma itu, kabar tersebut disampaikan pula oleh akun Instagram resmi Fakultas Hukum Unair.

"Rest in Peace 6 Juni 1932 - 21 September 2021. Prof.Dr. J.E. Sahetapy, S.H., M.A. (Guru Besar Emiritus Hukum Pidana dan Kriminologi FH UNAIR & Dekan FH UNAIR Periode 1979-1985)."

Profil singkat

Nama lengkap Sahetapy adalah Prof. Dr. Jacob Elfinus Sahetapy, S.H., M.A. atau yang lebih dikenal dengan nama J.E. Sahetapy.

Pria dengan sinar mata yang teduh itu, lahir 6 Juni 1932 dan meninggal pada 21 September 2021. Ia adalah seorang pakar hukum Indonesia dan juga merupakan Guru Besar dalam Ilmu Hukum di Universitas Airlangga, Surabaya.

Kedua orang tuanya berpisah ketika Sahetapy masih kecil. Setelah 12 tahun berpisah, ibunya menikah kembali dengan W.A. Lokollo.

Sahetapy pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Petra (YPTK Petra) antara tahun 1986-2018 yang menaungi Universitas Kristen Petra di Surabaya.

Dituduh mata-mata Amerika

Saat selesai menempuh pendidikan di Amerika Serikat, Sahetapy pulang ke Indonesia. Oleh pihak kiri, ia dikenai tuduhan sebagai mata-mata Amerika. Karena itu ia tidak diizinkan mengajar.

Setelah PKI tersingkir, ia pun tidak langsung mengajar karena munculnya tuduhan-tuduhan lain. Namun semua itu tidak membuatnya putus asa, bahkan ia semakin bertekad untuk membela rakyat kecil.

Pada tahun 1979 ia terpilih menjadi dekan Fakultas Hukum di almamaternya. Ia mengambil gelar doktor dan menulis disertasi dengan judul "Ancaman Pidana Mati Terhadap Pembunuhan Berencana".

Suka mengajar

Sahetapy tak cuma mendidik anak mahasiwa di Unair. Di Program Pasca Sarjana Hukum Universitas Indonesia dan Universitas Diponegoro, ia juga menyemai ilmu.

Ia juga menjabat sebagai Ketua Dewan Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Petra. Sahetapy juga sempat mengikuti pendidikan hingga selesai pada 1993 di Institut Alkitab Tiranus, Bandung, Jawa Barat.

Pada tahun 1963, ia ikut mendirikan sebuah universitas swasta di Surabaya, yaitu Universitas Kristen Petra dan menjabat sebagai Rektor Universitas Kristen Petra Surabaya dari tahun 1966-1969.

Politik dan PDIP

Sahetapy pernah menjadi seorang birokrat, yaitu sebagai anggota Badan Pemerintahan Harian Provinsi Jawa Timur, dan asisten Gubernur Jawa Timur, Mohammad Noer.

Bersamaan dengan gelombang reformasi, Sahetapy terjun ke dalam politik dan menjadi anggota Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P). Ia menjadi anggota DPR/MPR mewakili partainya.

Selain itu, Sahetapy juga menduduki sejumlah posisi penting, seperti Ketua Komisi Hukum Nasional R.I. (sejak 2000), Ketua Forum Pengkajian HAM dan Demokrasi Indonesia, Surabaya, 1999, Anggota BP MPR RI, Anggota Komisi II (Hukum dan Dalam Negeri) DPR RI, Anggota Panitia Ad Hoc I (Amendemen UUD 1945) MPR RI, Anggota Sub Komisi Bidang Hukum DPR RI dan Anggota Badan Legislatif DPR RI.

Keluarga

Sahetapy menikahi seorang perempuan bernama Lestari Rahayu Lahenda, yang berdarah Jawa sekaligus seorang sarjana hukum dan dosen.

Mereka dikarunia tiga orang anak perempuan, yaitu Elfina Lebrine (lahir 1969), lulusan program S2 dari Fakultas Hukum Universitas Leiden, Belanda; Athilda Henriete (lahir 1971), lulusan S2 Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Semarang; Wilma Laura (lahir 1979), lulusan Fak. Sastra Universitas Kristen Petra, Surabaya, dan S2 dari Fak. Hukum Universitas Surabaya; mereka juga mempunyai seorang anak angkat, Kezia (lahir 1992).

Pendidikan

Institut Alkitab Tiranus, Bandung, 1993.

Penataran P4 Tingkat Nasional, Jakarta, 1979.

S3 Ilmu Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 1978.

S2 Business and Industrial Relations, University of Utah, Salt Lake City, USA, 1962.

S1 Fakultas Hukum Jurusan Kepidanaan Universitas Airlangga, Surabaya, 1959.

SMA 2/1, Surabaya, 1954.

SM (Kurikulum 4 tahun), Saparua, 1951.

Sekolah Rakyat, Saparua (1947).

Particuliere Saparuasche School (SD Swasta Bahasa Belanda), Saparua, 1942.

Riwayat jabatan

Ketua Dewan Pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Petra Surabaya (1986-2018)

Ketua Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia (2000-2014)

Anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Fraksi PDI-P (1999-2004)

Rektor Universitas Kristen Petra Surabaya (1966-1969)

Rekomendasi