RSHS Bandung: 8 Pasien Gagal Ginjal Akut Meninggal Dunia

| 27 Oct 2022 13:00
RSHS Bandung: 8 Pasien Gagal Ginjal Akut Meninggal Dunia
Plt Dirut RSHS Bandung, Yana Akhmad saat ditemui wartawan (Reza Deny/Era.id)

ERA.id - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung membenarkan adanya 8 pasien gagal ginjal akut yang meninggal dunia dari 12 yang yang dirawat.

Plt Dirut RSHS Bandung, Yana Akhmad mengungkapkan, sebagian besar pasien gagal ginjal yang dirawat di RSHS merupakan balita.

"Jadi memang angka kematian cukup besar, sehingga dari 12 yang kami rawat di atas 50 persen meninggal, sekarang sudah ada 8 pasien yang meninggal. Ngga berbarengan meninggalnya. Paling banyak yang meninggal karena kasus ini adalah balita," ungkap Yana, Kamis (27/10/2022).

Ia menerangkan, sejak Agustus 2022 lalu, RSHS telah menerima pasien gagal. Sekarang, hanya 1 pasien yang masih menjalani perawatan dan dalam pekan ini belum ada pasien baru.

"Alhamdulillah hari ini belum ada kasus terbaru. Kami tak menerima pasien baru sejak ada tiga kasus di minggu lalu. Sekarang tinggal satu yang dirawat," terangnya.

Saat ini, RSHS bersama Dinas Kesehatan Jawa Barat sedang fokus menangani kasus gagal ginjal akut. Mengingat, Kementerian Kesehatan telah mengumumkan pedoman-pedoman penanganan gagal ginjal akut.

"Setelah ada hasil penelitian dan penyebabnya, kami sudah mulai mengampanyekan untuk berhati-hati dengan obat-obatan sirup yang ada," ujarnya.

Dengan begitu, Yana meminta masyarakat agar senantiasa waspada dan tidak panik terhadap adanya gagal ginjal akut. Sehingga, para orang tua juga harus aktif dan peka terhadap gejala gagal ginjal akut.

"(Masyarakat) harus tetap waspada, kalau ada gejala yang mirip, segera ke dokter," sambungnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Nina Susana Dewi mengimbau masyarakat tetap mengikuti saran-saran dari dokter terkait gagal ginjal akut.

Namun, jika terdapat gejala seperti panas, diare, dan kencing menjadi sedikit, masyarakat dianjurkan memeriksakan diri ke dokter atau fasilitas kesehatan lainnya.

"Jadi masyarakat tenang untuk mengikuti (saran dokter), lihat gejala. Nanti dokter melihat dengan hasil laboraturium dan lain-lain, apakah ini menjadi gejala atau tidak. Itu diikuti," kata Nina, Rabu (26/10).

Rekomendasi