Pemuda Tukang Palak Manfaatkan Bencana Alam yang Terjadi di Takari Kupang NTT, Warga Resah

| 19 Feb 2023 12:35
Pemuda Tukang Palak Manfaatkan Bencana Alam yang Terjadi di Takari Kupang NTT, Warga Resah
ILUSTRASI. Tim Sar mengevakuasi korban tertimbun Longsor di Gang Barjo, Kelurahan Kebon Kalapa, Kota Bogor (Dok. BPBD)

ERA.id - Warga yang melintas di jalur alternatif di Takari, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dibikin resah oleh pemuda tukang palak.

Darah Takari diketahui dilanda tanah longsor dan pemuda itu memanfaatkan kondisi dengan memalak warga pengangkut barang yang ingin melintas.

"Kami minta pemerintah dan aparat keamanan untuk bisa membantu menertibkan kegiatan pungutan liar di Takari terhadap warga yang melintas di ruas jalan alternatif, karena patokan harga untuk mengangkat barang milik para penumpang sangat tinggi," kata salah seorang warga setempat, Petrus Seran di Kupang, Minggu (19/2/2023).

Ia mengatakan para pemuda mematok harga sekitar Rp40.000 hingga Rp50.000 untuk mengangkat barang bawaan milik para penumpang yang hendak menyeberang dari Takari menuju Kota Kupang.

Sementara itu, untuk membantu menyeberangkan kendaraan sepeda motor dipatok dengan harga Rp100.000 hingga Rp150.000/motor.

"Harga ini sangat tinggi, apalagi dalam kondisi bencana alam ini tentu tidak wajar mereka menetapkan harga seperti itu, karena kondisi keuangan para penumpang juga terbatas," kata Petrus Seran.

Menurut dia, para penumpang tidak keberatan apabila ada biaya jasa pengangkutan barang, tetapi jangan terlampau tinggi, karena memberatkan warga yang hendak melintas.

"Apabila uang yang dimiliki terbatas, tentu sangat memberatkan, sehingga kami berharap tidak terlalu mahal, karena banyak warga yang pasti melintas di jalur alternatif dan membutuhkan bantuan jasa para pemuda itu," kata Perus Seran.

Sementara itu, Kapolres Kupang AKBP FX Irwan Arianto mengaku telah memerintahkan anggotanya untuk memantau aktivitas para pemuda tersebut.

"Dalam kondisi bencana seperti ini tentu tidak wajar menarik pungutan dengan harga yang terlampau tinggi, sehingga meresahkan para penumpang yang hendak melintas di ruas jalan alternatif tersebut," ujarnya.

Rekomendasi