ERA.id - Pemerintah Kota Tangerang, Banten memperketat lalu lintas hewan ternak sapi, kambing, dan domba yang masuk ke wilayahnya dari Gunungkidul demi mengantisipasi kasus antraks.
"Di Kota Tangerang sendiri kasus antraks nol dan belum pernah ditemukan. Saat Iduladha kemarin, hewan kurban yang ada di Kota Tangerang didatangkan dari Bima dan semua bebas dari antraks. Saat ini, ada sekitar 40 peternak," ucap Kepala Bidang Pertanian pada Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Tangerang, Ibnu Ariefyanto, Jumat (7/7/2023).
"Dengan adanya kasus di Gunungkidul, kami menutup pengiriman hewan dari daerah Gunungkidul agar tidak menyebar hingga Kota Tangerang," lanjutnya.
Ibnu mengatakan, virus antraks bersifat zoonosis atau dapat menular kepada manusia. Penularan dapat melalui kulit, pernapasan, hingga organ pencernaan apabila mengonsumsi daging dari hewan yang positif antraks.
"Hewan yang terpapar antraks tidak boleh dikonsumsi. Solusinya, hewan yang terpapar antraks harus langsung dimusnahkan dengan cara dikubur sedalam dua meter dan dibakar. Tidak boleh ada proses penyembelihan karena darah hewan yang terpapar antraks itu sangat kuat dan dapat bertahan 50 hingga 75 tahun," katanya.
Ibnu berharap masyarakat untuk tidak panik karena daging sapi yang dijual di Kota Tangerang rata-rata adalah sapi impor dan bukan dari wilayah yang terjangkit antraks.
Bagi peternak, apabila menemukan hewan ternaknya yang mati mendadak dan mengeluarkan darah dari mata, hidung, mulut, dan anus dapat segera menghubungi pihaknya untuk melakukan pengecekan lab dan bantuan untuk pemusnahan hewan.
"Jika ditemukan hewan yang sakit dan mati secara mendadak dapat menghubungi kami untuk dicek melalui lab apakah hewan tersebut terjangkit antraks. Selain itu, jangan lupa isolasi hewan yang sakit atau pisahkan tempatnya dari hewan yang masih sehat untuk antisipasi penularan ke hewan yang lain," jelasnya.