BEM FISIP Unair Ngaku Diintimidasi Usai Kritik Pelantikan Prabowo-Gibran Lewat Karangan Bunga

| 28 Oct 2024 19:14
BEM FISIP Unair Ngaku Diintimidasi Usai Kritik Pelantikan Prabowo-Gibran Lewat Karangan Bunga
Presiden BEM FISIP Unair Tuffahati Ullayyah Bachtiar saat memperlihatkan kiriman pesan intimidasi. (Era.id/Puan Ramadhan)

ERA.id - Presiden BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (FISIP Unair), Tuffahati Ullayyah Bachtiar diintimidasi usai pihaknya mengirim karangan bunga yang isinya kritikan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Tuffa mendapat intimidasi berupa pesan-pesan ancaman yang diterimanya melalui panggilan telepon nomor tak dikenal, video call, serta pesan di berbagai platform media sosial.

"Saya menerima intimidasi dari beberapa orang tidak dikenal. Bentuknya macam-macam, mulai dari telepon, video call, spam chat, DM Instagram, dan sebagainya," kata Tuffa ditemui Kampus B Unair, Senin (28/10/2024).

Sejumlah nomor yang tak dikenal itu menghubunginya dengan menyampaikan isi pesan narasi hampir serupa. Ia mengungkapkan isi pesan tersebut terkait keberhasilan Joko Widodo selama menjadi Presiden hingga ucapan doa yang tidak baik kepadanya.

"Narasi yang dibawakan kurang lebihnya sama semua. Mengglorifikasi program Jokowi, mengancam, mendoakan yang tidak baik," ungkapnya.

Ia pun mengungkapkan salah satu isi pesan tersebut berbunyi. "Seandainya orang tua anda yang menjadi presiden lalu diberi umpatan-umpatan bajingan-bajingan, apakah anda terima? Saya malu loh sekelas UNAIR mahasiswanya apa tidak diajarkan sopan santun dalam berbicara," katanya menirukan pesan ancaman.

Tak hanya itu, kiriman intimidasi itu juga menuliskan "Apa anda buta apa saja pencapaian Jokowi dalam 10 tahun membangun Indonesia, salah satunya membangun infrastruktur loh kak, program seperti BPJS, KIP, pembangunan infrastruktur sangat terasa bagi masyarakat Indonesia loh".

Selebihnya, lanjut Tuffa, ada empat sampai lima nomor yang mengirimkan pesan intimidasi melalui WhatsApp antara lain serangan tersebut juga bersifat personal, dengan komentar-komentar yang ditinggalkan secara terbuka di media sosial.

"Banyak sekali yang serang secara personal, sifatnya secara umum di IG (Instagram) dan bisa dibaca semua orang," kata Tuffa.

Lebih lanjur Tuffa juga menjelaskan, intimidasi serupa tidak hanya ditujukan kepadanya, tetapi juga dialami sejumlah pengurus BEM FISIP lainnya.

"Saya belum bisa memetakan secara pasti, cuma yang lapor [dapat intimidasi] kurang lebih lima orang. Semua pengurus BEM," terangnya.

Meski demikian, dia menegaskan ancaman tersebut tidak membuatnya takut. Untuk menghadapi situasi ini, Tuffa akan berkonsultasi dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) untuk langkah hukum lebih lanjut.

"Saya akan berkonsultasi dengan LBH untuk menindaklanjuti, meminta konsultasi apa tindakan yang perlu saya lakukan berikutnya," pungkasnya.

Sebelumya, Dekan Fisip Unair Unair Prof Bagong Suyanto sempat memutuskan untuk tiga orang mahasiswa yang terlibat dalam kiriman kritikan karangan bunga seni satire tersebut.

"Kami membekukan kepengurusan BEM Fisip Unair. Tiga orang yang kami bekukan, ketua BEM, Wakil Ketua BEM dan Menteri politik karena tiga orang ini sudah diklarifikasi oleh komisi etik dan mereka mengaku bertanggung jawab yang membuat dan yang memasang karangan bunga itu," kata Prof Bagong, saat ditemui.

Dekanat Fisip Unair pun menggelar pertemuan hari ini, kepada pimpinan BEM yang bertanggung jawab atas kritikan yang dinilai tak beretika.

"Kami dekanat menilai tidak beretika menggunakan kata bajingan menurut saya tidak sopan. Itu mengaburkan substansi. Silahkan mengkritik tak masalah yang substansi yang disampaikan semua orang sudah tahu dan kami tak melarang," ungkapnya.

Namun, setelah melakukan pertemuan dan audiensi, hari ini, kepada Ketua BEM Fisip Unair Tuffahati Ullayyah Bachtiar. Lanjut Prof Bagong menjelaskan pihaknya mencabut pembekuan tiga mahasiswa tersebut.

"Kami sudah bertemu, sudah berbicara dari hati ke hati. Intinya, detik ini juga dekanat akan mencabut SK pembekuan kepengurusan BEM Fisip Unair," terangnya.

"Dasarnya adalah kami sudah sepakat dengan Mbak Tuffa dan teman-teman bahwa konsentrasi kami tidak ingin kita ini mengembangkan kultur terbiasa menggunakan diksi-diksi kasar di dalam kehidupan politik," tegasnya.

Lebih lanjut Prof Bagong memperingatkan kepada BEM Fisip Unair untuk berkritik harus dipertanggungjawabkan dan beritika serta sopan menyampaikan aspiras sosial politiknya.

"Kami sepakat untuk memilih menggunakan diksi yang sesuai dengan kultur akademik. Kami paham apa yang disuarakan oleh BEM Fisip, itu menjadi hak BEM Fisip untuk menyuarakan apa yang menjadi aspirasi mereka.Tapi saya sebagai dekan dan pihak dekanat memastikan kepada BEM untuk tidak lupa akan marwah akademiknya," tambahnya.

Rekomendasi