ERA.id - Gempa bumi dengan magnitudo M3,0 dirasakan warga di beberapa wilayah di Provinsi Jawa Tengah (Jateng), antara lain pasien yang dirawat di RSUD Ambarawa.
Mengantisipasi dampak lanjutan, BPBD Kabupaten Semarang mendirikan tenda darurat untuk pasien di rumah sakit tersebut.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang mendirikan tenda darurat di halaman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ambarawa. Pantauan sementara pada bangunan tersebut, terdapat retakan pada bagian gedung.
"BPBD menginformasikan pasien yang berada di lantai dua dan tiga merasakan guncangan gempa yang terjadi pada Sabtu dini hari (23/10), pukul 00.32 WIB. Tenda darurat ini merupakan tenda transit sebelum mereka dipindahkan sementara ke RS Ungaran," jelas Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Minggu (24/10/2021).
Pada wilayah lain di Provinsi Jateng, yaitu di Kota Semarang dan Kota Salatiga, pemerintah daerah setempat melakukan pemantauan di lapangan pascagaempa. Informasi sementara dari wilayah tersebut, sejumlah mengungsi sementara di sekitar rumah mereka.
Pusdalops BNPB menerima informasi bahwa warga yang berada di kedua wilayah Jateng itu merasakan guncangan lemah saat gempa magnitudo (M)3,0 terjadi tengah malam.
BPBD Kota Semarang menginformasikan warganya merasakan guncangan lemah dengan durasi 2 hingga 4 detik, sedangkan Dinas Satpol PP Kota Salatiga mencatat guncangan berlangsung 1 hingga 2 detik. Parameter gempa dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyebutkan gempa terjadi pada Sabtu (23/10), pukul 00.32 WIB. Pusat gempa berada pada 13 km barat laut Kota Salatiga dengan kedalaman 6 km.
BMKG mengidentifikasi kekuatan gempa pada dini hari tersebut, yang diukur dengan skala Modified Mercalli Intensity atau MMI, berada pada I – II MMI di wilayah Ambarawa, Jawa Tengah.
"Pascagempa tersebut, Pusdalops BNPB telah melakukan koordinasi dengan BPBD terdampak maupun BPBD Provinsi Jateng. Informasi terdampak akan disampaikan selanjutnya setelah mendapatkan data ataupun informasi yang terkonfirmasi dari pemerintah daerah setempat," ucap Muhar.
Rangkaian gempa dangkal terpantau 24 kali sejak gempa pertama pada pukul 00.32 WIB, Sabtu (23/10).
Gempa susulan terjadi sekali, yaitu pada pukul Pusdalops BNPB mencatat sejumlah gempa dengan magnitudo kurang dari M5,0 terjadi sejak Sabtu pagi.
Analisis inaRISK mengidentifikasi sebanyak 33 wilayah administrasi setingkat kabupaten dan kota berada pada potensi bahaya gempa bumi kategori sedang hingga tinggi. Beberapa wilayah antara lain Kota dan Kabupaten Semarang, Kota Salatiga maupun Ambarawa.
Meskipun magnitudo relatif kecil, masyarakat setempat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap potensi dampak guncangan gempa dangkal. Dilihat dari catatan historis, beberapa gempa merusak pernah terjadi di sektiar wilayah utara, seperti gempa yang dirasakan di Salatiga (1872), Kota Semarang (1856), Ambarawa (1866) dan Kudus (1877).