Sambangi Acara Keturunan Raja Bone, Iman Hud Bawa Keris Emas: Pernah Ditawar Rp1 Miliar

| 22 Nov 2021 13:48
Sambangi Acara Keturunan Raja Bone, Iman Hud Bawa Keris Emas: Pernah Ditawar Rp1 Miliar
Pertunjukan tarian Bissu Bone pada pertemuan akbar para wija (keturunan) Raja Bone ke-XVI La Patau Matanna Tikka (Antara)

ERA.id - Pertemuan akbar para "wija" (keturunan) Raja Bone ke-XVI La Patau Matanna Tikka yang digelar di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan tanggal 21 dan 22 November, berlangsung meriah dihadiri 1.400 orang.

Pertemuan keturunan La Patau Matanna Tikka Raja Bone ke-XVI merupakan kali pertama digelar dihadiri para Wija dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam

Koordinator Humas dan Publikasi Fadli Andi Yusuf yang ditemui di Bone, Minggu mengatakan pertemuan tersebut direncanakan untuk memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai pertemuan keturunan raja terbesar di Indonesia, namun hal tersebut kandas karena pandemi COVID-19

"Jumlah tersebut bisa lebih banyak jika saja tidak dalam kondisi pandemi COVID-19. Bahkan ingin memecahkan rekor MURI, tetapi sepertinya tidak memungkinkan," katanya.

Tamu yang datang dari berbagai penjuru, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, terhibur dan larut dalam pertunjukan budaya sebagai rangkaian dari kegiatan tersebut .

Pertemuan perdana itu berlangsung meriah dengan berbagai kegiatan yang disuguhkan untuk para tamu undangan.

Pusaka yang dipamerkan di acara pertemuan keturunan raja Bone (Dok. Fadli Yusuf)

Sejumlah rangkaian acara yang disuguhkan yakni pameran benda pusaka, sajian jajanan kuliner tradisional oleh puluhan pelaku UMKM yang bisa dinikmati langsung hingga pentas seni dan budaya.

Selain pameran, kata Fadli, "tudang sipulung" juga dilaksanakan untuk bisa mempertahankan kegiatan serupa di masa mendatang.

"Hari ini kita telah ziarah kubur ke makam La Patau Mattanna Tikka Matinroe ri Nagauleng di Kecamatan Cenrana, sebagai bentuk penghormatan kami para keturunannya," kata dia.

La Patau Matanna Tikka adalah Raja Bone XVI yang menjabat pada tahun 1696 hingga 1714, menggantikan Arung Palakka. Gelaran nama panjang La Patau adalah La Patau Matanna Tikka, Sultan Alimuddin Idris, Walinonoe To Tenribali Malae Sanrang, Matinroe ri Nagauleng.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bone, Andi Promal Pawi mengemukakan pemerintah sangat mendukung kegiatan ini, karena dinilai mampu merekatkan persaudaraan dan silaturahmi sesama keturunan La Pa Tau Matanna Tika, Raja Bone ke-16.

"Pemerintah tentu sangat mendukung. Ke depan kegiatan ini bisa terus berlanjut, untuk saling support dan mendukung sesama keluarga atau wija La Pa Tau Matanna Tika," ujarnya.

Pameran pusaka

Iman Hud (kemeja putih) bersama keris bersarung emasnya saat dipamer di Kabupaten Bone (Yusuf Yahya/ERA.id)

Acara itu tak dilewatkan oleh seorang kolektor pusaka sekaligus Kepala Dinas Perhubungan Kota Makassar, Iman Hud.

Dari Makassar, ia berkunjung ke Kabupaten Bone untuk melihat bermacam pusaka. Tak cuma itu, ia turut membawa pusaka kepunyaannya dari rumah sebanyak dua kotak brangkas berisi puluhan keris dan badik terbaik.

Dari sekian pusaka senjata tajam khas masyarakat Sulsel yang dibawa oleh mantan Kasatpol PP Makassar tersebut, ada satu jenis keris dengan pamor kurissi yang ia bawa dan dipamerkan dalam acara tersebut.

Sontak, pusaka itu menyita perhatian para tamu undangan. Keris tersebut dibalut dengan lempengan emas murni yang diikat dengan selembar kain merah.

Konon, keris Iman Hud tersebut pernah ditawar oleh kolektor senjata khas Sulsel dengan harga Rp1 miliar. Namun sayang, kecintaannya terhadap peninggalan sejarah para raja-raja, tak membuat Iman tergiur dengan duit segepok itu.

"Pernah (ditawar), tapi saya tidak mau pindah tangankan (jual)," aku Iman kepada ERA.id.

Iman Hud saat memegang pusaka (Yusuf Yahya/ERA.id)

Selain keris andalannya, pusaka lain yang dipamer Iman Hud juga beragam seperti badik berbahan baja (malela) yang juga terbungkus lempengan emas.

"Kecintaan saya dengan barang seperti ini sudah saya geluti sejak 25 tahun lalu. Tapi saya mengoleksi benda-benda sejarah ini tidak asal koleksi saja, tetapi harus yang asli dan saya tahu sejarahnya," ungkap Ketua Satgas Raika Makassar ini.

Soal keris yang ditawar Rp1 miliar, Iman ogah memikirkannya. Pasalnya, ia berniat mempertahankan salah satu bukti peninggalan benda pusaka budaya khas masyarakat Sulsel.

"Dari hobi ini saya cuman berusaha untuk mempertahankan bukti-bukti sejarah kerajaan yang ada di Sulsel. Sebab dengan hobi ini, saya bisa memperkenalkan asal usul keluarga besar saya di masyarakat," pungkasnya.

Rekomendasi