Saat Suara Gemuruh Menyelamatkan Warga Pandeglang Banten dari Gempa Bumi

| 16 Jan 2022 20:53
Saat Suara Gemuruh Menyelamatkan Warga Pandeglang Banten dari Gempa Bumi
Seorang warga Kampung Ciawi, Desa Kertamukti, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Dasih (Antara)

ERA.id - Pada Jumat (14/1) sore itu perkampungan Ciawi, Desa Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, masyarakat berhamburan keluar rumah setelah mendengar gemuruh suara.

Kegiatan masyarakat sore itu, sebagian ibu rumah tangga, ada yang tengah memasak dan sebagian berada di masjid melaksanakan salat Ashar, sementara para petani dalam perjalanan menuju rumah.

Suara gemuruh terdengar cukup kuat dan menakutkan dan selanjutnya disertai getaran.

Masyarakat setempat berlarian ke areal hutan sekitar dan juga persawahan untuk menyelamatkan diri dari gempa bumi, yang disampaikan BMKG berkekuatan magnitudo 6,6 itu.

Rumah-rumah warga mengalami retak hingga roboh, karena pusat gempa cukup dekat di Perairan Sumur dengan titik koordinat 7,01 lintang selatan (LS) dan 105,26 bujur timur (BT) dengan kedalaman 40 kilometer.

"Beruntung, dengan suara gemuruh itu bisa menyelamatkan jiwa diri kami dan keluarga," kata Dasih (45), seorang warga Ciawi, Desa Kertamukti, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang saat ditemui, Ahad (16/1) 2022.

Peristiwa getaran gempa tektonik awal tahun ini cukup besar dan kuat hingga warga berlarian keluar rumah.

Masyarakat perkampungan Ciawi, yang lokasinya berada di sekitar Perairan Sumur sejak tahun 2021, sudah mengalami kejadian tiga kali gempa, namun tidak seperti awal tahun 2022.

Getaran gempa bumi itu menimbulkan suara gemuruh selama 15 detik dan puluhan rumah mengalami kerusakan.

"Hampir sebagian kondisi rumah warga rusak berat hingga bagian penyangga atap dan tembok miring dan nyaris roboh," kata Dasih yang kini hidup menjanda.

Bayang-bayang ketakutan

Dasih mengatakan ia bersama tetangga masih dibayangi rasa ketakutan karena khawatir terjadi gempa susulan.

Saat ini, gempa bumi yang berpusat di Perairan Sumur itu masih dirasakan getarannya, namun skala getaranya relatif kecil.

Masyarakat di sini tetap waspada dan warga kini tidak menempati rumah yang kondisi nyaris roboh akibat gempa bumi itu.

"Kami sendiri kebingungan untuk kembali ke rumah yang nyaris roboh, karena tidak memiliki uang untuk membangun, " katanya.

Begitu juga warga lainnya, Kusni (40). Ia mengaku bersama keluarga merasa ketakutan jika mendengar suara gemuruh, karena khawatir terjadi kembali gempa tektonik.

Perkampungan di pesisir Perairan Sumur sudah biasa terjadi gempa tektonik, namun kali pertama getaran awal 2022 itu adalah yang terbesar hingga kondisi rumah warga mengalami kerusakan.

Pengalaman gempa yang lainnya tidak seperti ini, hingga kondisi rumah miliknya bagian depan roboh.

"Kami tentu sangat ketakutan gempa berkekuatan 6,6 itu, namun beruntung keluarga selamat setelah mendengar gemuruh itu, " katanya.

Rekomendasi