Ditolak Masyarakat Sekitar, Polisi Akhirnya Copot Papan Nama Khilafatul Muslimin di Solo

| 09 Jun 2022 20:16
Ditolak Masyarakat Sekitar, Polisi Akhirnya Copot Papan Nama Khilafatul Muslimin di Solo
Kepolisian mencopot papan nama organisasi Khilafatul Muslimin yang berlokasi di Karangasem, Laweyan, Solo (Amalia Putri/Era.id)

ERA.id - Polresta Solo mencopot papan nama Khilafatul Muslimin yang berlokasi di Jalan Sawo IV  nomor 8 RT 001 RW 009 Karangasem, Laweyan, Solo.

Pencopotan ini dilakukan oleh kepolisian dengan disaksikan oleh warga sekitar dan perwakilan dari kelurahan.

Kapolresta Solo Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak mengatakan pencopotan papan nama ini dilakukan karena banyaknya perlawanan penolakan di masyarakat sekitar maupun komponen masyarakat Surakarta.

Bahkan, kepolisian telah melakukan koordinasi dengan organisasi keagamaan dan lintas keagamaan dan semuanya menyampaikan penolakan dan keberatannya.

”Makanya siang ini petugas Polresta Solo datang ke Karangasem, ke sebuah rumah milik Bapak Walimin yang digunakan sebagai rumah umul quro organisasi Khilafatul Muslimin,” kata Ade Safri, Kamis (9/6/2022).

Saat ini kepolisian terus mendalami dan melakukan penyelidikan terhadap organisasi Khilafatul Muslimin ini. ”Karena organisasi ini tidak berdasarkan dengan ideologi pancasila. Saat ini kami masih melakukan pendalaman pada kasus,” katanya.

Di rumah ini, ada dua papan nama organisasi yang dicopot. Selanjutnya kepolisian akan melakukan pemanggilan pada pengurus Khilafatul Muslimin.

”Kita akan lihat apakah akan naik ke tahap penyidikan. Akan kami update lagi,” ucapnya.

Sebagai informasi, ditemukan kantor Khilafatul Muslimin yang beralamat di Jalan Sawo IV  nomor 8 RT 001 RW 009 Karangasem, Laweyan, Solo. Rumah tersebut merupakan milik dari Walimin.

Terkait keberadaan kantor ini, Ketua RW 009 Karangasem, Laweyan, Solo Anung Sapto Hartono mengatakan bahwa kantor tersebut keberadaannya sudah enam tahun terakhir.

”Kalau dia (Walimin) ya warga jamaah masjid juga, ikut arisan, kerja bakti. Ya dia aktif di masyarakat,” katanya.

Selama keberadaan kantor ini, tidak terlalu banyak pengurus yang beraktivitas di rumah ini.

”Mungkin kegiatannya banyak di luar. Kebanyakan mereka hanya datang dan pergi,” katanya.

Selama ini hanya Walimin saja yang merupakan warga asli Karangasem. Ia memiliki keseharian sebagai penjual tahu di Pasar Sangkrah.

Sementara anggota organisasi lainnya merupakan warga luar Karangansem.

”Biasanya ada pengajian kalau Rabu dan Kamis malam, pengajiannya memang terbuka. Jamaah masjid nggak ada yang ikut, tapi hanya mengawasi saja. Paling sekitar 15 orang,” katanya.

Rekomendasi