ERA.id - Kepala Balai Pengelolaan Kereta Api Sulsel, Amanna Gappa, berencana mengoperasikan kereta api di Sulsel pada bulan Oktober mendatang.
Untuk tahap pertama, pengoperasian akan dilakukan dari Kabupaten Maros ke Barru, begitupun sebaliknya. Langkah ini dilakukan sambil menunggu proses pembangunan untuk segmen E atau jalur Maros-Makassar.
"Kita rencana operasi di bulan Oktober. Panjangnya kurang lebih 71 kilometer dari Maros ke Barru. Ini akan menjadi peradaban baru bagi Provinsi Sulsel," ungkapnya, Selasa (26/7/2022).
Ia menjelaskan, pengoperasian perdana sudah bisa digunakan untuk angkutan penumpang. Ada dua unit kereta, sementara yang disiapkan untuk tahap pertama, setiap unitnya dilengkapi dengan tiga gerbong.
"Kapasitas kereta sementara bisa mengangkut sekitar 100 penumpang. Untuk kereta baru sedang diproduksi di Madiun, perkiraan triwulan II tahun 2023 sudah ada di Makassar," ujarnya.
Adapun tarif kereta api cukup murah yakni sekitar Rp5 ribu hingga Rp10 ribu. Hal tersebut dikarenakan menggunakan skema subsidi.
"Kita sudah ada kontrak dengan penyelenggara sarana. Angkutan ini ditanggung pemerintah lewat skema perintis. Artinya, berbiaya murah. Kita belum target komersil," terangnya.
Amanna Gappa menambahkan, pihaknya sedang aktif menyosialisasikan keberadaan kereta api di Sulsel. Harapannya agar masyarakat beralih dari moda darat ke moda kereta api.
Sementara itu, Kepala Seksi Peningkatan dan Perawatan BPKA Sulsel, Arief Sudiatmoko menambahkan, pembangunan kereta api di Sulsel mulai dari ukuran rel hingga kecepatannya dibuat lebih spesial dibanding Jawa dan Sumatera.
"Jalur kereta api di sini spesifikasi teknisnya lebih unggul dibanding di Pulau Jawa dan Sumatera. Lebar rel 1.435 milimeter, sedangkan di Jawa hanya 1.067 milimeter," jelasnya.
Dengan lebar rel itu, kecepatan maksimal kereta api di Sulsel bisa mencapai 200 kilometer per jam. Rel di Sulsel juga mampu menahan beban ganda yang lebih berat. Sementara di Jawa, kecepatan tertinggi 120 kilometer per jam.
Sedangkan di Jawa, jumlah beban yang bisa ditahan ialah 18 ton, sedangkan di Sulsel mampu menahan beban 22,5 ton. Dengan demikian, kereta api Sulawesi Selatan akan memiliki kapasitas angkut yang lebih besar.
Ia mengemukakan, kareta api Sulsel juga dirancang tidak memiliki pelintasan sebidang, sehingga perjalanan kereta tidak akan mengganggu lalu lintas jalan raya.
Maka risiko kecelakaan tabrakan kereta api dengan kendaraan, mobil atau sepeda motor bisa dikatakan tidak ada. "Yang paling penting adalah bebas banjir," tutupnya.