Lestarikan Warisan Wastra, Tiga Fokus Utama Pendampingan 90 Penenun Ikat Sikka di NTT

| 12 Feb 2023 18:44
Lestarikan Warisan Wastra, Tiga Fokus Utama Pendampingan 90 Penenun Ikat Sikka di NTT
Proses menenun kain tenun ikat sikka, NTT (Dok. Pendopo)

ERA.id - Tenun ikat Sikka merupakan salah satu kekayaan budaya nusantara yang berasal dari Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Dibuat dengan teknik pewarnaan ikat dan proses menenun yang bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan, warisan wastra ini terus dipertahankan karena bernilai filosofis dan estetika tinggi.

Tenun ikat sikka juga telah terdaftar sebagai salah satu indikasi geografis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Maret 2017 lalu.

Melihat potensi besar dari enun ikat sikka, Pendopo, merek usaha Kawan Lama Group bekerjasama dengan lebih dari 200 UKM di seluruh nusantara berkolaborasi dengan LSM, pemerintah daerah, dan desainer lokal melakukan program pendampingan masyarakat adat tenun ikat Sikka di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Program pendampingan yang diadakan sejak bulan September 2021 hingga Oktober 2022 ini menjangkau lebih dari 90 penenun dari 4 kelompok tenun. Hasilnya kemudian dikolaborasikan dengan desainer lokal untuk dipasarkan melalui Pendopo. Selain meningkatkan perekonomian penenun hingga 122%, Pendopo juga menerbitkan sebuah modul sebagai panduan standarisasi tenun dan bahan pembelajaran bagi penenun baru sebagai wujud komitmen Pendopo dalam pelestarian budaya Indonesia.

"Sebagai sebuah ekosistem pendorong pengembangan produk lokal dan pelestarian budaya Indonesia melalui tiga fokus utama, yaitu pengembangan produk, kolaborasi dengan para pengrajin, pemerintah, maupun desainer lokal, lalu memperkenalkannya pada publik melalui pengalaman ritel kami. Salah satu wujudnya adalah program pendampingan dan pelatihan di Sikka yang kami lakukan," ujar Tasya Widya Krisnadi, Direktur Pendopo saat ditemui Era.id beberapa waktu lalu di kawasan Tangerang Selatan.

Materi yang diberikan termasuk pelatihan SDM (termasuk regenerasi penenun), penyusunan laporan keuangan, manajemen produksi dan penerimaan pesanan, hingga pembuatan demplot (metode penyuluhan) pewarnaan alam (re-planting). Selain Pendopo juga memberikan workshop ekonomi kreatif untuk menggali potensi, menghadirkan inovasi, dan mengeksplorasi produk turunan dari tenun ikat Sikka sesuai dengan selera masa kini.

Pada bulan Oktober 2022 Pendopo melakukan pengukuran hasil akhir, dan menemukan bahwa melalui program pendampingan ini Pendopo telah berhasil menjangkau lebih dari 90 orang penenun. Mayoritas penenun tergabung dalam empat kelompok tenun, yaitu kelompok tenun Tati Nahing, kelompok tenun Na’ni House, kelompok tenun Bliran Sina, dan kelompok tenun Watubo. Selain itu, sebagai langkah regenerasi, kegiatan ini juga berhasil menjangkau para penenun muda (24% dari total), termasuk dari komunitas Remaja Flores Creative yang berusia 18 sampai 34 tahun.

Melalui program ini, kondisi ekonomi masyarakat juga meningkat, terbukti dari peningkatan pendapatan penenun hingga 122% (dibandingkan hasil baseline survey pada September 2021), dan terserapnya 12 tenaga kerja baru ke dalam komunitas tenun.

"Kami merasa senang karena Pendopo mengadakan pelatihan-pelatihan, terutama tentang manajemen keuangan. Kami juga merasa sangat terbantu sekali, karena selain membantu perekonomian keluarga, kami juga dapat melestarikan budaya kami dengan membuat kain tenun dengan pewarna alam, namun masih dengan motif-motif tradisional, sehingga bisa dinikmati bahkan oleh orang-orang di luar Sikka," kata Orimus Osias, salah seorang peserta pendampingan dari kelompok Bliran Sina.

Selain meningkatkan perekonomian penenun, Pendopo juga menerbitkan sebuah modul sebagai panduan standarisasi tenun dan bahan pembelajaran bagi penenun baru sebagai salah satu komitmen Pendopo untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Modul tersebut dapat membantu penenun merumuskan harga, menghitung keuangan, menerapkan standar kualitas kain tenun, serta berbagai pengetahuan teknis mengenai proses pewarnaan dengan bahan alami dan motif tenun.

Pendopo juga memberikan empat buah alat tenun portabel yang tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk menenun, namun  juga membantu proses pembelajaran serta menjadi perangkat portabel untuk dibawa ke berbagai pameran dan ekshibisi agar tenun ikat Sikka semakin dikenal. Selain itu, Pendopo juga mendonasikan lebih dari 200 bibit tanaman pewarna untuk mendukung pewarnaan yang ramah lingkungan; katalog benang, kain, dan motif untuk membantu standarisasi pemesanan kain; serta dukungan branding.

“Setelah melihat hasil pengukuran akhir, kami merasa tujuan akhir pendampingan sudah tercapai, bahkan di beberapa aspek melebihi apa yang ditargetkan. Terlebih dengan modul yang kami buat, para penenun bisa dengan mandiri mentransfer seluruh ilmu yang didapatkan pada saat pendampingan kepada penenun-penenun baru. Sebagai keberlanjutan dukungan, kami akan terus memasarkan dan mempromosikan kain tenun ikat Sikka melalui Pendopo,” jelas Tasya Widya Krisnadi.

Selanjutnya, sebagian kain tenun ikat Sikka hasil dari program pendampingan ini dihadirkan sebagai koleksi kain tenun ikat Sikka di Pendopo yang berkolaborasi dengan desainer lokal. Pendopo mengajak desainer muda Iyonono, perancang busana muda yang berfokus pada pemberdayaan ibu rumah tangga, dan Didiet Maulana untuk ikut mengkreasikan kain tenun ini sehingga dapat mengikuti selera masa kini. Secara khusus Pendopo menggandeng Iyonono karena sejalan dengan semangat Pendopo, Iyonono juga berhasil membina dan memberdayakan puluhan ibu di Cirebon dan Kuningan sebagai pengrajin.

Iyonono mengungkapkan, “Kolaborasi dengan Pendopo ini cukup spesial, karena boleh dibilang melalui karya, kita bisa menghubungkan para ibu penjahit dari Cirebon dan Kuningan dengan para mama penenun di Sikka. Harapan saya hadirnya koleksi ini dapat semakin memberdayakan para ibu di studio Seikat Cerita, juga para penenun di Sikka.”

Rekomendasi