Terpapar Gadget Sejak Dini, 70 Persen Anak Usia SD Alami Mata Minus dan Silinder, Waspada Bisa Sebabkan Trauma

| 12 Jan 2023 08:00
Terpapar Gadget Sejak Dini, 70 Persen Anak Usia SD Alami Mata Minus dan Silinder, Waspada Bisa Sebabkan Trauma
Ilustrasi pemeriksaan mata pada anak (Dok. Antara)

ERA.id - Pasca pandemi COVID-19, banyak anak usia sekolah yang terindikasi memiliki gangguan penglihatan, baik itu mata minus maupun silinder, hal ini bisa dilihat dari data pemeriksaan mata di beberapa sekolah di wilayah Jabodetabek.

Hal itu diungkap dokter spesialis mata dari VIO Optical Clinic dr Weni Puspitasari SpM,. Ia mengimbau penting bagi orang tua untuk melakukan pemeriksaan kesehatan mata siswa.

"Tujuan dari pemeriksaan mata yang dilakukan adalah selain untuk mendeteksi masalah kesehatan mata pada anak usia sekolah. Dia menambahkan penting orang tua untuk peduli terhadap masalah Myopia Booming dan lebih peduli terhadap kesehatan mata anak dengan cara melakukan pemeriksaan mata sedini mungkin," ujar dr Weni Puspitasari dikutip dari Antara, Rabu (1/11/2023).

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap 2.322 siswa Sekolah Dasar (SD) pada rentang usia 7 tahun hingga 12 tahun didapatkan data bahwa terdapat sekitar 50 persen anak usia sekolah dasar belum pernah melakukan pemeriksaan mata dan hampir 70 persen dari partisipan mengalami gangguan penglihatan seperti mata minus dan silinder. Hal itu melebihi prediksi American academy of Ophtalmology pada tahun 2016 silam, mengenai Myopia Booming sebelum adanya pandemi.

“Perlu diketahui bahwa kondisi miopia atau minus dapat menurunkan kualitas hidup seseorang, selain itu kondisi miopia atau mata minus juga dapat menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mata penderitanya,” terang dia.

Mata minus adalah kondisi yang mana bentuk bola mata tidak bulat sempurna, kondisi itu menyebabkan jatuhnya cahaya berada di depan retina mata sehingga menyebabkan orang dengan kondisi miopia atau mata minus mengalami kesulitan untuk melihat objek pada jarak jauh.

Beberapa faktor penyebab yakni faktor genetik, kebiasaan melihat gawai pada jarak dekat secara terus-menerus, hingga faktor kurangnya pancaran sinar matahari yang disebabkan oleh kurangnya aktifitas di luar ruangan,

Dia menambahkan, kondisi mata minus bisa terjadi hanya pada salah satu mata, sehingga seringkali banyak orang tidak menyadari bahwa mereka melihat hanya menggunakan salah satu mata saja.

"Kondisi ini tentu berbahaya apabila terjadi trauma pada salah satu mata yang normal maka kemungkinan seseorang akan mengalami kesulitan untuk melihat. Minimal pemeriksaan dilakukan setahun sekali,” imbuh dia.

Rekomendasi