ERA.id - Semua wanita mengalami haid atau menstruasi jika sudah waktunya. Terkait hal tersebut, ada yang namanya siklus haid atau menstruasi, yaitu serangkaian perubahan pada tubuh wanita yang terjadi setiap bulan.
Ini menjadi bentuk persiapan dari tubuh wanita untuk kemungkinan kehamilan. Setiap bulan salah satu indung telur melepaskan sel telur (ovulasi). Dalam waktu yang sama, perubahan hormonal mempersiapkan rahim untuk kemungkinan kehamilan. Kemudian, ketika ovulasi dan sel telur tak dibuahi, endometrium keluar dari vagina. Proses inilah yang disebut sebagai siklus menstruasi. Lalu, berapa lama jarak siklus haid yang normal?
Jarak Siklus Haid yang Normal
Dikutip Era.id dari AiCare, secara normal menstruasi terjadi selama 4—7 hari, dengan periode setiap 28 hari atau antara 21—35 hari. Ada beberapa hal yang bisa menjadi tolok ukur yang menunjukkan bahwa Anda memiliki gangguan siklus haid atau menstruasi, yaitu haid terjadi kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari; terjadi volume pendarahan berat atau terlalu ringan dari biasanya; durasi menstruasi lebih dari 7 hari; haid disertai rasa sakit yang parah, mual, dan muntah; atau haid tidak terjadi selama lebih dari 3 bulan.
Beberapa hal bisa menjadi penyebab dari terjadinya gangguan menstruasi, antara lain stres, pil KB, stres, fibroid rahim, PCOS, endometriosis, dan penyakit radang panggul. Akan tetapi, ada masa ketika haid atau menstruasi tidak datang, tetapi kondisi ini termasuk hal yang normal.
Itu karena tidak semua penyebab tidak terjadinya menstruasi berhubungan dengan penyakit. Ada beberapa kondisi (dalam kondisi normal) yang memungkinkan seorang wanita tidak mengalami menstruasi.
Kondisi yang Memungkinan Wanita Tidak Haid, tetapi Tetap Normal
· Hamil
Wanita yang hamil berhenti berovulasi sehingga tidak terjadi haid atau menstruasi. Sebagian wanita masih mengalami flek pada masa awal kehamilan. Hal ini menjadi tanda bahwa sel telur yang dibuahi sedang ditanam di dinding rahim. Jika terjadi pendarahan ringan, hal tersebut butuh perhatian medis jika terjadi secara terus-menerus selama trimester pertama.
· Menyusui
Mayoritas besar wanita tidak haid atau menstruasi ketika masa menyusui. Akan tetapi, ovulasi akan terjadi lagi setelah Anda melahirkan. Jadi, meskipun tidak menstruasi, Anda berada pada kondisi subur dan bisa hamil jika terjadi pembuahan.
Terkait hal tersebut, penggunaan alat kontrasepsi direkomendasikan untuk mengendalikan kehamilan saat wanita sedang menyusui, terutama jika ingin mengatur jarak kehamilan.
Pendarahan yang umum terjadi setelah wanita melahirkan bukan mengeluarkan darah menstruasi, melainkan lochia atau nifas. Darah tersebut merupakan campuran darah, lendir, dan jaringan dari lapisan rahim. Nifas bisa terjadi selama enam minggu. Seiring waktu berjalan, warnanya memudar menjadi merah muda atau lebih terang, setelah itu menjadi kecokelatan, kuning, atau putih.
· Perimenopause
Perimenopause merupakan masa transisi menuju menopause. Pada masa perimenopause, Anda mulai memiliki tanda-tanda menopause, salah satunya adalah menstruasi tidak teratur. Perimenopause bisa dialami wanita pada usia pertengahan 30-an hingga 40-an.
Tingkat estrogen yang fluktuatif tidak merata berpengaruh terhadap perimenopause. Pada masa ini, siklus menstruasi bisa menjadi lebih panjang atau lebih pendek. Kemungkinan lain, ovarium tidak melepaskan sel telur.