ERA.id - Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menyalahkan petugas setempat usai korban tewas akibat banjir mencapai 40 orang, termasuk 12 orang yang ditemukan tak bernyawa di underpass yang terendam.
Musim hujan di Korea Selatan yang dimulai sejak akhir Juni mencapai puncaknya pada hari Kamis (13/7/2023) dan menenggelamkan wilayah tengah dan selatan. Kementerian dalam negeri melaporkan sembilan orang hilang.
Semalam, 12 orang ditemukan tewas di sebuah terowongan di Cheongju yang berjarak 110 km dari Seoul, di mana 16 kendaraan terendam banjir bandang pada hari Sabtu (15/7/2023) setelah tanggul sungai jebol.
Banyak pengguna jalan yang sering melewati rute tersebut menyalahkan pemerintah karena tidak memberi peringatan dan larangan akses ke underpass meskipun telah diperkirakan banjir.
Presiden Yoon yang baru saja kembali dari perjalanan ke luar negeri mengadakan pertemuan tanggap bencana pada hari Senin (17/7/2023). Ia mengakui bahwa situasinya menjadi lebih buruk karena manajemen yang buruk di daerah yang rentan.
"Kami telah berulang kali menekankan kontrol akses ke area berbahaya dan evakuasi pencegahan sejak tahun lalu, tetapi jika prinsip dasar tanggap bencana tidak dipertahankan, sulit untuk memastikan keamanan publik," kata Yoon dalam pertemuan tersebut seperti dilansir dari CNA.
Hampir 900 petugas pemadam kebakaran, polisi, dan militer mengambil bagian dalam operasi penyelamatan underpass menggunakan perahu, drone bawah air, dan peralatan lainnya, menurut kementerian dalam negeri.