ERA.id - Politik tidak boleh menghalangi solidaritas dunia untuk menciptakan perdamaian dan kemakmuran di Afghanistan, kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat menjadi salah satu pembicara di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York, AS, Selasa (19/9) kemarin.
“Karena di atas politik, masih ada kemanusiaan,” kata Retno, saat menyampaikan pernyataannya sebagaimana ditayangkan dalam YouTube MoFA Indonesia.
Taliban untuk kedua kalinya mengambil alih Afghanistan dari pemerintahan sah pada Agustus 2021. Sejak saat itu, Pemerintah Taliban terus memberlakukan rangkaian peraturan ketat, termasuk melarang anak-anak perempuan bersekolah dan wanita bekerja di ruang publik.
Retno mengatakan situasi perempuan di Afghanistan sudah sangat mengkhawatirkan, dengan 80 persen anak perempuan tidak dapat bersekolah imbas pembatasan yang diberlakukan Taliban. Perempuan juga dilarang bekerja untuk PBB dan organisasi-organisasi non-profit internasional lainnya.
Melihat kondisi seperti itu, Retno mengatakan bahwa Indonesia–yang tidak mengakui pemerintahan Taliban– meyakini satu-satunya cara untuk membantu warga Afghanistan adalah dengan berempati dan memberikan dukungan nyata serta mengesampingkan kondisi politik yang ada di negara itu.
“Apakah kita akan membiarkan politik menghalangi kita untuk membantu Afghanistan? Atau kita akan mengulurkan tangan, bagaimana pun kondisi politik yang ada?” katanya.
Retno menyebut Indonesia telah berupaya untuk berkontribusi memberikan bantuan kepada rakyat Afghanistan melalui bantuan kemanusiaan, pemberian beasiswa dan pelatihan, serta komunikasi antar ulama Indonesia dan Afghanistan.
Selain bantuan kemanusiaan berupa kebutuhan pangan dan nutrisi yang telah dikirim pada Januari lalu, Indonesia juga akan mengirimkan 10 juta dosis vaksin polio ke Afghanistan yang sedang dilanda endemi polio.
Retno menambahkan, selama ini Indonesia sangat aktif melakukan komunikasi antarulama dengan berbagi praktik-praktik baik (best practices) kepada ulama-ulama Afghanistan tentang pendidikan inklusif bagi perempuan.
“Karena mereka menilai bahwa Indonesia merupakan contoh yang baik bagi sebuah negara (berpenduduk mayoritas) Muslim, di mana kesetaraan gender berjalan baik, dan di mana perempuan mendapat akses pendidikan yang sama dengan laki- laki,” kata Retno saat menyampaikan keterangan pers yang ditayangkan melalui YouTube MoFA Indonesia.