ERA.id - Direktur sebuah rumah sakit di provinsi Hubei, China, diselidiki karena dengan sengaja menjual akta kelahiran. Dari aksinya itu, dia diperkirakan meraup penghasilan lebih dari 60 ribu yuan (Rp129 juta) untuk setiap akta yang dijual.
Menurut laporan Global Times, Komisi Kesehatan Xiangyang langsung menerjunkan tim khusus ke Rumah Sakit Jianqiao untuk mengumpulkan barang bukti penjualan akta kelahiran tersebut. Tim khusus yang bekerja semalaman menyegel sejumlah dokumen dan mewawancarai pihak terkait untuk proses penyelidikan lebih lanjut.
Bagian kebidanan dan ginekologi rumah sakit tersebut telah menghentikan sementara operasinya untuk perbaikan. Orang-orang yang bertanggung jawab telah ditahan, dan direktur rumah sakit telah dikenakan tindakan pidana pemaksaan dan sedang diselidiki. Tim khusus juga telah bertemu dengan pelapor untuk mendapatkan materi terkait. Masalah terkait saat ini sedang diselidiki dan diverifikasi lebih lanjut.
Kasus jual-beli akta kelahiran ini terungkap dari hasil penyelidikan seorang jurnalis dari CITY Report, sebuah program dari Henan Broadcasting System yang melakukan penyelidikan rahasia selama lebih dari sebulan.
Jurnalis tersebut berhasil menghubungi perantara yang terlibat dalam penjualan akta kelahiran, yang mengatakan bahwa dengan pembayaran sebesar 96.000 yuan (Rp206 juta) dapat diperoleh akta kelahiran medis yang asli dan dapat diverifikasi untuk seorang bayi.
Lebih lanjut, pihak rumah sakit menawarkan pilihan untuk mendaftarkan tempat tinggal anak terlebih dahulu sebelum pembayaran dilakukan.
Dengan diperkenalkannya perantara tersebut, jurnalis berhasil memperoleh akta kelahiran bayi “virtual”, meski tanpa kehadiran bayi tersebut dan hanya memberikan informasi yang relevan seperti nama bayi yang didaftarkan. Hal ini dicapai dengan keterlibatan pribadi direktur rumah sakit swasta bermarga Ye ini.
Selain itu, bahkan catatan medis ibu dan catatan vaksinasi bayi yang dipalsukan berhasil disimpan di rumah sakit. Perantara yang menjual akta kelahiran menyatakan bahwa dari 96.000 yuan, 66.000 yuan merupakan komisi untuk direktur rumah sakit, sedangkan sisanya dibagi kepada staf ruang bersalin.
Investigasi tersebut dilakukan oleh jurnalis tersebut bersama dengan relawan anti-perdagangan manusia yang diberi nama panggilan Shangguan Zhengyi di platform media sosial, yang menyatakan bahwa tindakan tersebut mengejutkan dan mengerikan.
Relawan tersebut menulis di akun Weibo-nya bahwa dia telah menyamar selama lebih dari setahun dan mengetahui kolusi antara direktur Rumah Sakit Xiangyang Jianqiao di Hubei dan beberapa perantara online di berbagai lokasi.
Mereka menggunakan platform media sosial Douyin untuk secara terbuka menjual akta kelahiran, termasuk catatan keluar dari rumah sakit, dan catatan vaksin, untuk menghasilkan identitas palsu dari anak-anak yang diculik.
Dia mengklaim bahwa geng tersebut juga menjual bayi, dengan harga untuk anak laki-laki dan perempuan melebihi 100.000 yuan, yang melibatkan lebih dari 10 provinsi di seluruh negeri.
Menurut Laporan CITY, akta kelahiran medis dikenal sebagai akta pertama dalam hidup, yang merupakan bukti penting untuk mengidentifikasi identitas anak dan memperoleh pencatatan rumah tangga. Hal ini juga merupakan dasar dan bukti yang diperlukan untuk vaksinasi anak, pendaftaran asuransi kesehatan, dan permohonan kartu jaminan sosial.
“Kami telah melakukan pelanggaran berat,” kata Ye, direktur rumah sakit yang terlibat. Hal ini mencerminkan bahwa Ye menyadari betapa seriusnya penjualan akta kelahiran, namun ia tetap memilih mengambil risiko.
Terungkapnya kasus jual-beli akta kelahiran di China ini pun menuai reaksi keras dari warga. Banyak warga yang menduga jual-beli akta kelahiran itu kemungkinan besar digunakan untuk mendaftarkan anak-anak korban penculikan dan mencegah mereka ditemukan.
Sebagian netizen lainnya mengatakan hal itu akan memberi opsi untuk mendaftarkan anak pengganti karena ibu pengganti di China tergolong ilegal.
Dari kejahatan yang dilakukan, direktur rumah sakit sedikitnya memperoleh penghasilan sebesar 60 ribu yuan atau setara dengan Rp129 juta untuk satu akte yang dikeluarkan.
Diketahui akta kelahiran diperlukan di China untuk mendapatkan registrasi rumah tangga dan diperlukan untuk vaksinasi, pendaftaran asuransi kesehatan, dan pengajuan kartu jaminan sosial.
Kasus ini terjadi ketika angka kelahiran di Tiongkok telah turun ke level terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1949, yaitu hanya 9,56 juta kelahiran pada tahun 2022.