ERA.id - Singapura dan Tiongkok akan mengadakan perjalanan bebas visa selama 30 hari, meningkatkan pertukaran antar pelajar di kalangan masyarakat.
Proposal tersebut diumumkan pada pertemuan Dewan Gabungan untuk Kerja Sama Bilateral ke-19 – forum bilateral tahunan tingkat tertinggi antara Singapura dan Tiongkok.
Singapura dan China mengumumkan bahwa mereka akan membuat perjanjian pembebasan visa bersama selama 30 hari antara kedua negara, di tengah peningkatan konektivitas penerbangan pascapandemi.
Rencana pembebasan visa tersebut diumumkan pada pertemuan Dewan Gabungan untuk Kerja Sama Bilateral (JCBC) ke-19, forum bilateral tahunan tingkat tertinggi antara kedua negara yang diadakan di hotel Hilton Tianjin Eco-City dengan serangkaian perjanjian yang akan ditandatangani.
Ini merupakan pertemuan JCBC pertama yang dipimpin bersama oleh Wakil Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong dan Wakil Perdana Menteri China Ding Xuexiang.
Pada awal pertemuan, Ding mencatat bagaimana jumlah pelajar China yang belajar di Singapura telah melampaui 40.000, yang pada dasarnya sudah pulih ke tingkat sebelum pandemi.
Dia menambahkan bahwa pengaturan bebas visa akan “memberikan kenyamanan yang lebih besar bagi pertukaran antar masyarakat”.
Wong mengatakan Singapura berharap dapat melampaui tingkat sebelum pandemi dalam hal konektivitas penerbangan langsung.
“Hal ini juga akan didukung oleh pengaturan bebas visa selama 30 hari antara kedua negara, yang akan memungkinkan lebih banyak pertukaran antar masyarakat, sehingga memperkuat landasan hubungan bilateral kita,” tambahnya, dikutip APNews, Kamis (7/12/2023).
Rincian lebih lanjut mengenai kelanjutan perjalanan bebas visa, termasuk kapan akan berlaku dan bagaimana penerapannya, belum diungkapkan.
Warga negara China saat ini memerlukan visa untuk memasuki Singapura. Sementara Singapura yang memegang paspor biasa dapat memasuki China tanpa visa selama 15 hari jika mereka bepergian untuk bisnis, jalan-jalan, mengunjungi kerabat dan teman, dan transit.
China melanjutkan kembali pengaturan ini pada bulan Juli, lebih dari tiga tahun setelah ditangguhkan karena pandemi Covid-19.
Hal ini terjadi setelah peningkatan hubungan Singapura-Tiongkok menjadi “Kemitraan Berorientasi Masa Depan Berkualitas Tinggi yang Menyeluruh”, setelah Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengunjungi Presiden China Xi Jinping di Beijing pada bulan Maret dalam kunjungan resmi.
JCBC meninjau kolaborasi substantif antara Singapura dan Tiongkok dan memetakan arah kerja sama.
Wong, yang sedang melakukan kunjungan resmi selama empat hari ke Beijing dan Tianjin, mengatakan dalam pertemuan bilateral pada hari Rabu bahwa ia berharap dapat menandatangani lebih dari 20 nota kesepahaman dan perjanjian pada pertemuan JCBC.