ERA.id - United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) buka suara terkait kabar yang menyebut pihaknya meminta sebuah pulau di Indonesia untuk para pengungsi rohingya. UNHCR Indonesia menyebut informasi tersebut tidak benar.
Melalui unggahan di X atau Twitter, UNHCR Indonesia meminta masyarakat agar waspada penyebaran informasi palsu yang beredar di media sosial. UNHCR Indonesia meminta masyarakat bijak dalam memproses informasi yang beredar luas di media sosial lewat akun-akun tidak resmi.
“Mohon bijak dalam memproses informasi di internet karena komentar itu bukan dari akun UNHCR resmi. Ikuti perkembangan informasi terbaru dari akun resmi @UNHCRIndo yang berupaya menemukan solusi terbaik untuk semua bersama pemerintah Republik Indonesia,” tulis akun @UNinIndonesia dalam X, Jumat (8/12/2023).
Pihak UNHCR juga turut menyebarkan sejumlah akun palsu yang mengatasnamakan lembaga tersebut di sosial media TikTok. Sejumlah akun itu juga menggunakan logo dari UNHCR yang membuat banyak pihak percaya atas informasi yang dibagikan.
Pernyataan UNHCR Indonesia ini menyusul dengan viralnya unggahan tentang pengungsi Rohingya di Indonesia, di mana UNHCR diduga meminta pemerintah untuk menyediakan satu pulau kosong untuk ditempati para pengungsi Rohingya.
“Semoga rakyat Rohingya bisa diterima di masyarakat Indonesia dan pemerintah bisa berikan dia rumah layak dan tempat tinggal, dan buat KTP Indonesia,” bunyi unggahan tersebut.
Pernyataan itu pun menuai kecaman dan komentar pedas dari netizen Indonesia yang tidak terima pengungsi Rohingya mendapat tempat tinggal di Indonesia, terlebih unggahan itu dibagikan ke akun @AREAJULID.
“Warga Indonesia masih banyak yang belum punya tempat tinggal, pekerjaan dan untuk makan aja besok masih mikir eh enak banget orang asing dikasih fasilitas se lengkap itu,” komentar @whensaid**.
“Terjajah di negara sendiri itu nyesek banget,” ujar @bbright****.
“Gak bisakah mereka dibalikin ke asalnya aja?” kata @hellonirma**.
Isu dimulai dari akun @Mooncalfdung di Sosial Media
Sementara itu, warganet yang kedapatan menyebarkan isu soal UNHCR minta pulau kosong, yaitu pengguna akun @Mooncalfdung, yang sudah meralat pernyataannya. Pengguna akun itu mengatakan bahwa pihak yang mengusulkan pengungsi Rohingya di pulau kosong itu bukan UNHCR, melainkan anggota DPR RI Ahmad Sahroni.
Ahmad Sahroni sendiri sebelumnya sempat mengusulkan agar pengungsi Rohingya dipindahkan ke satu pulau kosong di Indonesia. Usulan itu disampaikan Ahmad Sahroni dalam rapat Komisi III DPR RI pada 21 November lalu.
“Pindahkanlah mereka (Rohingya) segera ke mana saja, Pak. Apakah ke pulau yang masih kosong di Nusantara ini, karena ketika ramai seperti itu potensi penyakit bisa terjadi," katanya.
Bukan hanya Ahmad Sahroni saja, Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga menyatakan pengungsi Rohingya bisa ditempatkan di Pulau Galang. Menurut Wapres, kasus Rohingya termasuk ke dalam masalah kemanusiaan dan harus ditangani oleh sejumlah pihak, termasuk UNHCR.
“Penempatannya di mana? Dulu kita punya Pulau Galang, nanti kita bicarakan lagi apa akan seperti itu," kata Ma'ruf Amin.
Sayangnya pernyataan Ma’ruf Amin itu bertolakbelakang dengan Menteri Koordinator Bidang Politik (Menko Polhukam) Mahfud MD. Mahfud mengatakan Pulau Galang tidak akan dijadikan lokasi penempatan pengungsi Rohingya seperti yang diucapkan Wapres Ma’ruf Amin.
“Ndak (pengungsi Rohingya di pulau Galang), justru jangan sampai seperti pulau Galang,” ujar Mahfud MD.
UNHCR beberkan bukti soal pengungsi Rohingya
UNHCR dalam pernyataan resminya mengatakan pengungsi Rohingya terpaksa mengungsi dan berharap bisa kembali ke Myanmar bila situasinya memungkinkan. Keberadaan pengungsi Rohingya di Indonesia disebut untuk mencari keselamatan.
“Karena mereka tidak memiliki kewarganegaraan, tidak ada jalur legal yang memungkinkan pengungsi Rohingya untuk berpindah-pindah wilayah dengan mudah di kawasan ini. Akibatnya, mereka sering memilih perjalanan perahu berbahaya yang ditawarkan oleh para penyelundup manusia,” pungkas UNHCR.
UNHCR menyebut 70 persen pengungsi Rohingya yang datang ke Indonesia adalah perempuan dan anak-anak. Mereka datang tidak untuk mengeksploitasi Indonesia maupun keramajan masyarakatnya.
"Pengungsi Rohingya tidak datang untuk mengeksploitasi Indonesia atau keramahan masyarakatnya. Mereka datang karena adanya keputusasaan yang disebabkan oleh meningkatnya pembunuhan, penculikan, dan situasi berbahaya di tempat mereka tinggal sebelumnya," ujar UNHCR.
Lebih lanjut, UNHCR memastikan pengungsi Rohingya menyadari bahwa mereka adalah tamu di Indonesia dan selalu diingatkan tentang kewajiban mengikuti hukum serta adat istiadat yang berlaku.
"Pengungsi Rohingya mengetahui dan selalu diingatkan oleh UNHCR, bahwa mereka adalah tamu di Indonesia dan wajib mengikuti hukum serta adat istiadat yang berlaku di negara ini," pungkasnya.