ERA.id - Sedikitnya 149 orang tewas akibat gempa bumi dahsyat yang melanda China sepekan lalu. Gempa berkemuatan 6,2 skala richter itu juga merusak lebih dari 200.000 rumah.
Pusat gempa terletak di provinsi Gansu dan Qinghai, di wilayah yang dihuni oleh banyak warga Hui di China, etnis minoritas yang memiliki ikatan erat dan memiliki identitas Muslim yang khas.
Menurut laporan media pemerintah China, wilayah Gansu mengalami dampak paling buruk akibat gempa. Dilaporkan lebih dari 200.000 rumah hancur dan 15.000 di ambang kehancuran.
Gempa bumi yang dahsyat ini menyebabkan 145.000 orang mengungsi dan menewaskan 117 orang di provinsi tersebut pada tanggal 22 Desember, dan 781 orang terluka.
Di Qinghai sebelah barat Gansu, 32 orang tewas dan dua orang masih dilaporkan hilang hingga Minggu (24/12/2023).
Pihak berwenang setempat mengaitkan parahnya kerusakan dengan dangkalnya gempa. Gempa bumi tipe dorong dan batuan sedimen yang relatif lunak di wilayah tersebut juga memperkuat kekuatan destruktif gempa tersebut.
Kebanyakan rumah yang hancur merupakan bangunan lama yang terbuat dari kayu tanah atau struktur kayu bata.
"Dinding penahan beban mereka dibangun dari tanah, sehingga pertahanan mereka buruk terhadap gempa bumi," kata pemerintah setempat, dikutip Reuters, Senin (25/12/2023).
Tragedi ini menyoroti pentingnya meningkatkan ketahanan terhadap gempa di rumah-rumah pedesaan, tambah mereka.
Gempa bumi biasa terjadi di provinsi-provinsi di perbatasan timur laut dataran tinggi Qinghai-Tibet yang aktif secara tektonik, meliputi sebagian besar Tibet, Qinghai, Gansu, sebagian Xinjiang, dan dataran tinggi terjal di barat Sichuan.
Sepuluh tahun lalu di Sichuan, lebih dari 6.700 orang terluka dan lebih dari 160 orang tewas akibat gempa bumi berkekuatan 6,6 SR. Pada tahun 2010, gempa berkekuatan 7,1 skala richter menewaskan 2.700 orang di Yushu, wilayah yang sebagian besar dihuni warga Tibet di Qinghai.