ERA.id - Hongaria dipastikan tidak akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan urusan luar negeri Uni Eropa Agustus mendatang. Hal ini karena sikap Hongaria terhadap masalah Ukraian.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell memutuskan untuk melakukan pertemuan itu di Brussel setelah musim panas. Keputusan ini diambil dengan berbagai pertimbangan soal sikap Hongaria yang dinilai tidak tulus terhadap Ukraina.
"Saya telah memutuskan untuk menyelenggarakan pertemuan informal Menteri Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Uni Eropa di Brussel, setelah liburan musim panas," tulis Borrel di X-nya, Rabu (24/7/2024).
"Pada pertemuan #FAC hari ini, Negara-negara Anggota Uni Eropa mengkritik keras kurangnya kerja sama yang tulus dan loyal dari Hongaria," tambahnya.
Sebelumnya dalam konferensi pers setelah pertemuan di Brussel, Borrell mengecam Hongaria karena menuduh Uni Eropa "pro perang." Dia menegaskan kembali bahwa Rusia bertanggung jawab atas perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Selain itu, Borrell juga menekankan bahwa EU menginginkan perdamaian yang abadi, langgeng, dan yang akan mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan Ukraina.
"Setiap 'misi perdamaian' yang mengabaikan dasar-dasar ini, pada akhirnya, hanya menguntungkan Putin, dan tidak akan membawa perdamaian," tegasnya.
Menurut Borrell, 25 negara anggota Uni Eropa menentang posisi dan kebijakan Hongaria terkait Rusia dan Ukraina.
Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto dalam sebuah konferensi pers menyebut langkah tersebut kekanak-kanakan. Szijjarto mengatakan, Hongaria dan Slowakia telah memulai prosedur pembahasan EU soal Ukraina sebagai tanggapan atas keputusan pemerintah Ukraina untuk menghentikan transit minyak mentah perusahaan minyak Rusia, Lukoil.
Sebelumnya, Perdana Menteri Slowakia Robert Fico mengatakan negaranya tidak akan menjadi sandera dalam hubungan Ukraina-Rusia.
Meski Uni Eropa memberlakukan saksi terhadap Rusia, Hongaria dan Slowakia yang terkurung daratan terus menerima gas alam dan minyak melalui Ukraina.
Hongaria pada 1 Juli mengambil alih jabatan ketua bergilir Uni Eropa selama enam bulan. Jabatan itu sebelumnya dipegang Belgia.
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban mengunjungi Moskow dan bertemu dengan Presiden Rusia Putin pada awal Juli. Langkahnya itu memicu kecaman keras dari negara-negara Eropa dan NATO.