ERA.id - Amerika Serikat menyalahkan Hizbullah atas serangan roket di Dataran Tinggi Golan. Serangan roket itu menewaskan 12 anak-anak dan remaja sekaligus meningkatkan ancaman perang yang lebih luas di Timur Tengah.
"Serangan ini dilakukan oleh Hizbullah Lebanon. Itu adalah roket mereka, dan diluncurkan dari wilayah yang mereka kuasai," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Senin (29/7/2024).
Gedung Putih juga menambahkan bahwa Washington telah berdiskusi dengan pejabat Israel dan Lebanon sejak serangan hari Sabtu (27/7), yang dikutuk dan digambarkan sebagai serangan mengerikan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa ia tidak ingin melihat eskalasi konflik di perbatasan utara Israel dan menegaskan kembali dukungan AS untuk Israel.
"Saya menekankan hak (Israel) untuk membela warganya dan tekad kami untuk memastikan bahwa mereka mampu melakukan itu," kata Blinken dalam konferensi pers di Tokyo.
"Tetapi kami juga tidak ingin melihat konflik meningkat. Kami tidak ingin melihatnya menyebar," sambungnya.
Gedung Putih mengatakan Washington sedang mengupayakan solusi diplomatik untuk mengakhiri serangan di perbatasan Israel-Lebanon.
Selain itu, Blinken mengatakan ia bersedih atas hilangnya nyawa dan menambahkan bahwa mencapai kesepakatan gencatan senjata dalam perang di Gaza dapat membantu menenangkan situasi di perbatasan Israel dengan Lebanon.
"Sangat penting bagi kita untuk membantu meredakan konflik itu, tidak hanya mencegahnya meningkat, mencegahnya menyebar, tetapi juga meredakannya karena ada begitu banyak orang di kedua negara, baik di Israel maupun Lebanon, yang telah mengungsi dari rumah mereka," kata Blinken.
Israel juga menyalahkan Hizbullah dan mengatakan akan menyerang keras kelompok yang didukung Iran itu setelah serangan pada hari Sabtu, tetapi Hizbullah telah membantah bertanggung jawab.
Serangan itu menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di wilayah tersebut di mana ketegangan telah meningkat karena perang Israel di Gaza. Serangan gencar itu, yang dimulai lebih dari sembilan bulan lalu, telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan besar-besaran di seluruh daerah kantong pantai yang sempit itu.
Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah berupaya menjadi penengah dalam pertikaian tersebut. Namun, Israel dan kelompok militan Palestina Hamas, yang menguasai Gaza, belum mencapai gencatan senjata permanen di Gaza.