ERA.id - Amerika Serikat menuduh Venezuela melakukan manipulasi hasil pemilu yang dimenangkan oleh petahanan Nicolas Maduro. Washington pun membuka adaya peluang sanksi baru terhadap Venezuela.
Para pejabat Washington yang tidak disebutkan namanya mengungkap bahwa Maduro diminta untuk menerbitkan hasil suara secara terperinci. Pejabat itu menekankan bila Maduro tidak bisa membuktikan hasil kemenangan itu, Venezuela akan berhadapan dengan sanksi besar.
"Kita dihadapkan pada kemungkinan skenario baru. Kita akan mempertimbangkannya saat kita memetakan ke depan ke mana kita akan menuju sehubungan dengan sanksi terhadap Venezuela," kata pejabat itu, dikutip Reuters, Selasa (30/7/2024).
Meski demikian, para pejabat tidak mengungkapkan tindakan hukuman baru apa yang akan diberikan kepada Venezuela. Namun Washington memastikan akan menilai kebijakan sanksinya terhadap Venezuela berdasarkan tindakan apa pun yang diambil Maduro di masa depan.
Para pejabat mengatakan AS berkoordinasi dengan sekutu regional untuk menanggapi dan juga akan bekerja sama dengan mitra internasional terkait konsekuensi potensial bagi pemerintahan Maduro.
Di sisi lain, seorang pejabat senior AS mengatakan pemerintah sedang menghubungi Brasil dan pemerintah Amerika Latin lainnya yang khawatir tentang situasi politik di Venezuela.
"Biden akan berbicara dengan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pada Selasa sore," kata Gedung Putih.
Washington, yang menolak pemilihan kembali Maduro tahun 2018 sebagai tipuan, secara umum melonggarkan sanksi terhadap industri minyak Venezuela Oktober lalu sebagai tanggapan atas kesepakatan antara Maduro dan partai-partai oposisi.
Namun pada bulan April, AS memberlakukan kembali sanksi tersebut, menuduh Maduro mengingkari komitmen elektoral.
"Dengan terlibat dalam represi dan manipulasi pemilu, dan dengan mengumumkan pemenang tanpa hasil pemungutan suara dari satu daerah pemilihan ke daerah pemilihan lain yang terperinci, perwakilan Maduro telah mencoreng kredibilitas hasil pemilu yang mereka umumkan," kata seorang pejabat AS.
Kekhawatiran ini sebelumnya juga disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ketika berada di Tokyo, Jepang. Blinken menekankan bahwa hasil dari pemilu Venezuela bukan keinginan rakyat.
"Kami memiliki kekhawatiran serius bahwa hasil yang diumumkan tidak mencerminkan keinginan atau suara rakyat Venezuela," ujarnya.
Diketauhi kemenangan Maduro itu diumumkan pada Senin (29/7) pagi waktu setempat oleh Elvis Amoroso, kepala otoritas pemilu. Maduro meraih suara sebesar 51 persen dari 80 persen tempat pemungutan suara. Maduro mengalahkan lawannya yakni pemimpin partai oposisi Edmundo Gonzalez.