Ogah Akui Kemenangan Nicolas Maduro dan Edmundo Gonzalez, Presiden Brasil Desak Bukti Hasil Pemilu Venezuela

| 31 Aug 2024 14:00
Ogah Akui Kemenangan Nicolas Maduro dan Edmundo Gonzalez, Presiden Brasil Desak Bukti Hasil Pemilu Venezuela
Presiden Brasil (X/@LulaOficial)

ERA.id - Brasil enggan mengakui kemenangan Presiden Venezuela Nicolas Maduro maupun oposisi Edmundo Gonzalez dalam proses pemilu yang sudah dilakukan. Brasil mendesak hasil pemungutan suara bisa dibuka secara publik.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva secara tegas menolak kemenangan Maduro maupun Gonzalez dalam pemilu Venezuela yang kontroversi. Lula da Silva meminta bukti nyata dari hasil pemungutan suara yang sudah dilakukan.

"Saya tidak akan menerima kemenangan dia (Maduro) atau oposisi. Oposisi mengatakan mereka menang, sementara dia (Maduro) mengatakan dia yang menang, tetapi tidak ada bukti. Itulah mengapa kita memerlukan bukti," kata presiden Brasil itu, dikutip Anadolu, Sabtu (31/8/2024).

"Secara alami, dia berhak untuk tidak setuju dengan itu, karena saya mengatakan bahwa pemilu baru perlu diadakan," tambahnya.

Sebelum menolak kemenangan Maduro, Lula da Silva sudah berulang kali menyatakan hal yang sama soal proses pemilu Venezuela. Lula da Silva bersama Presiden Kolombia Gustavo Petro, dan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador telah dua kali merilis pernyataan bersama tentang situasi seputar pemilihan terbaru di Venezuela.

Mereka juga meminta Dewan Pemilihan Nasional Venezuela untuk merilis data pemungutan suara dan menyelesaikan sengketa pemilu melalui cara-cara institusional sambil menahan diri dari peningkatan kekerasan.

Warga Venezuela memberikan suara dalam pemilihan presiden pada 28 Juli, di mana Maduro dinyatakan sebagai pemenang dengan lebih dari 51 persen suara.

Namun kemenangan Maduro itu dinilai tidak transparan dan adil oleh oposisi. Pihak oposisi pun mengklaim kemenangan telak, dengan mengutip lembar penghitungan yang mereka peroleh dari pusat pemungutan suara di seluruh negeri.

Klaim itu pun memicu protes massal dari oposisi. Beberapa ribu orang ditahan dengan tuduhan merusak infrastruktur negara, ujaran kebencian dan terorisme.

Rekomendasi