ERA.id - Taipan properti Vietnam, Truong My Lan, dijatuhi hukuman mati atas kasus penipuan senilai 27 miliar dolar AS (Rp408 triliun). Hukuman itu dijatuhkan oleh pengadilan atas kasus pencucian uang.
Truong My Lan dinyatakan bersalah pada bulan April karena menggelapkan uang tunai dari Saigon Commercial Bank (SCB) selama lebih dari satu dekade atas kasus korupsi terbesar dalam sejarah negara itu.
Sebelum dijatuhi hukuman mati, Lan dan 33 terdakwa lainnya dibawa ke pengadilan di kota Ho Chi Minh, Kamis (19/9) dini hari dengan iring-iringan mobil polisi. Sementara puluhan korban penipuan yang dilakukannya menunggu di luar sambil menuntut masuk ke persidangan.
Selama persidangan, Lan menghadapi tuduhan pencucian uang, perdagangan uang tunai lintas batas ilegal, dan peniluan. Sekitar 36.000 orang dilaporkan sebagai korban penipuan SCB.
Laporan media pemerintah yang dikutip Reuters, mengatakan Lan dan rekan-rekannya mencuri sekitar 18 miliar dolar AS (Rp272 triliun) dengan mengambil aset dari SCB dan menerbitkan obligasi antara awal 2018 dan Oktober 2022.
Berdasarkan laporan di pengadilan, taipan berusia 67 tahun itu memerintahkan kaki tangannya untuk menarik uang tunai dan mentransfernya keluar dari sistem SCB. Lan menyembunyikan asal uang tunai itu dan memakainya untuk melunasi utang antar perusahaan atau mentransfer uang ke luar negeri untuk kontrak palsu.
Sopir Lan juga dilaporkan mengangkut uang tunai senilai lebih dari 4,4 miliar dolar AS (Rp66 triliun) dari kantor pusat SCB di Kota Ho Chi Minh ke rumahnya di dekatnya dan ke kantor pusat Van Thinh Phat.
"Sebanyak 1,5 miliar dolar AS (Rp22 triliun) ditransfer ke luar negeri dan Lan menerima lebih dari 3 miliar dolar AS (Rp45 triliun) dari luar negeri antara Oktober 2012 dan Oktober 2022," kata laporan tersebut.
Sayangnya tidak ada rincian spesifik tentang ke negara mana uang itu ditransfer dan dari mana.
Dalam kasus sebelumnya, Lan dijatuhi hukuman mati setelah dinyatakan bersalah menggelapkan 12,5 miliar dolar AS (Rp188 triliun). Dia mengajukan banding atas putusan itu tetapi belum ada tanggal banding yang diumumkan.
Jaksa mengatakan total kerusakan yang disebabkan oleh penipuan itu berjumlah 27 miliar dolar AS (Rp408 triliun), angka yang setara dengan 6 persen dari produk domestik bruto Vietnam pada tahun 2023.
Para pemimpin komunis Vietnam telah mengintensifkan kampanye antikorupsi yang melanda partai, polisi, angkatan bersenjata, dan komunitas bisnis. Ribuan orang, termasuk pejabat tinggi dan pemimpin bisnis senior telah terperangkap dalam tindakan keras tungku api negara Asia Tenggara itu terhadap korupsi.