Imbas Kecelakaan Fatal, Jeju Air Kurangi Operasi Maskapai Minggu Depan

| 02 Jan 2025 20:30
Imbas Kecelakaan Fatal, Jeju Air Kurangi Operasi Maskapai Minggu Depan
Jeju Air kurangi operasi maskapai (Dok. Istimewa)

ERA.id - Maskapai penerbangan Jeju Air Co. memutuskan untuk mengurangi operasionalnya menyusul kecelakaan fatal yang terjadi pada Minggu (29/12). Pengurangan operasional ini dilakukan setelah meningkatnya kekhawatiran atas keselamatan penerbangan.

Kepala manajemen Jeju Air, Song Kyung-hoon, mengatakan bahwa perusahaannya sedang bersiap untuk mengurangi operasi penerbangan domestik awal minggu depan. Pengurangan ini termasuk rute internasional pada minggu ketiga bulan ini.

"Perusahaan bersiap untuk menerapkan pengurangan operasi penerbangan domestik pada awal minggu depan dan untuk rute internasional mulai pada minggu ketiga bulan ini," kata Song, dikutip Yonhap News, Kamis (2/1/2025).

Maskapai bertarif renadah terkemuka itu menjadi sorotan setelah kerusakan pada roda pendaratan pesawat B737-800 yang jatuh pada Minggu (29/12). Kerusakan roda pendaratan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa perusahaan mungkin lebih memilih operasi penerbangan daripada perwatan yang memadai.

Sebelumnya, Jeju Air juga telah mengumumkan rencana untuk mengurangi operasi penerbangan sebesar 10-15 persen pada bulan Maret. Hal ini untuk meningkatkan keselamatan operasional.

Sesaat setelah kecelakaan fatal terjadi, puluhan ribu pemesanan tiket pun dibatalkan. Hal ini memicu potensi krisis likuiditas pada perusahaan.

Song pun mengakui pembatalan tiket meningkat dibandingkan sebelumnya. Namun di sisi lain, jumlah pemesanan tiket juga terus muncul.

Mengenai bantuan keuangan darurat untuk keluarga korban, Song mengatakan Jeju Air sedang bertukar pendapat dengan keluarga mengenai metode dan prosedur.

"Setelah diskusi selesai, kami akan memandu mereka dalam menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk memastikan pencairan cepat," tegasnya.

Sementara itu, terkait kritik yang ditujukan pada kemungkinan kesalahan dan perawatan pesawat, Song mengatakan bahwa sebelum pandemi COVID-19, perusahaan memiliki teknisi perawatan yang terampil.

"Namun, pandemi COVID-19 membuat kontrak-kontrak tersebut tidak dapat dipertahankan. Akibatnya ada suatu periode ketika kami gagal memenuhi standar yang direkomendasikan kementerian transportasi untuk mempertahankan 12 teknisi per pesawat," pungkasnya.

Rekomendasi