ERA.id - Serangan udara Israel di Jalur Gaza menewaskan sedikitnya lima staf badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Kematian itu menambah daftar panjang jumlah pekerja di Gaza, Palestina.
"Dalam beberapa hari terakhir, lima lagi staf UNRWA telah dikonfirmasi tewas, sehingga jumlah korban dari pihak kami mencapai 284. Mereka adalah guru, dokter, dan perawat yang mengabdikan diri untuk melayani mereka yang paling rentan," kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini, dikutip Anadolu, Jumat (21/3/2025).
Lazzarini lantar meluapkan kekhawatirannya atas kemungkinan terburuk dari serangan Israel yang terus dilakukan. Serangan itu dikhawatirkan bisa memisahkan wilayah utara dan selatan.
"Kami khawatir yang terburuk belum terjadi, mengingat invasi darat yang terus berlanjut dan semakin memisahkan wilayah utara dan selatan," jelasnya.
Militer Israel sebelumnya melarang warga Palestina melintasi Jalan Salah al-Din, jalur yang sebelumnya ditetapkan oleh Tel Aviv sebagai koridor aman bagi penduduk yang menghubungkan bagian utara dan selatan Gaza.
Lazzarini juga menyoroti perintah evakuasi oleh Israel yang berdampak pada puluhan ribu warga Palestina. Warga yang terdampak serangan Israel sudah berulang kali mengungsi hampir 1,5 tahun.
"Sebagian besar dari mereka telah berulang kali mengungsi, diperlakukan seperti bola pinball sejak perang dimulai hampir 1,5 tahun yang lalu," ungkapnya.
"Dengan mata kepala sendiri, kami menyaksikan bagaimana warga Gaza terus mengalami mimpi paling buruk mereka, tanpa henti, menghadapi cobaan yang paling tidak manusiawi," sambungnya.
Lebih lanjut, ia menekankan kembali pentingnya perpanjangan gencatan senjata dan akses bantuan kemanusiaan yang harus tetap berjalan.
"Kita sudah kehabisan waktu. Yang kita butuhkan sekarang adalah perpanjangan gencatan senjata, pembebasan semua sandera di Gaza secara bermartabat, serta arus bantuan kemanusiaan dan pasokan komersial tanpa hambatan," pungkasnya.
Sejak Selasa, lebih dari 700 warga Palestina tewas dan lebih dari 900 lainnya terluka dalam serangan udara mendadak Israel di Jalur Gaza.