ERA.id - Amerika Serikat (AS) mengancam mundur dari proses perundingan damai Rusia dan Ukraina. Langkah itu diambil lantaran kedua pihak tidak memberikan proposal konkret terkait perdamaian tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Tammy Bruce mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Marco Rubio memberi tahu dirinya tentang proposal perdamaian dari Rusia dan Ukraina. Proposal itu dinilai penting untuk mengawali perundingan perdamaian demi mengakhiri perang.
"Kita sekarang berada pada saat proposal konkret perlu disampaikan oleh kedua pihak tentang cara mengakhiri konflik ini," katanya, dikutip Anadolu, Rabu (30/4/2025).
"Bagaimana kita melangkah dari sini adalah keputusan yang sekarang berada di tangan presiden (Donald Trump). Jika tidak ada kemajuan, kami akan mundur sebagai mediator dalam proses ini," tambah Bruce.
Ancaman tersebut dikatakan lebih dari seminggu lalu oleh para pejabat senior, termasuk Trump, Rubio dan Wakil Presiden JD Vance. Di sisi lain, pemerintah AS terus menekan Kiev dan Moskow agar menyetujui gencatan senjata.
Rusia pada Senin secara sepihak menyatakan gencatan senjata tiga hari selama 8-10 Mei untuk mempersiapkan peringatan kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman pada Perang Dunia Kedua.
Sementara Trump dan presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tetap menyerukan penghentian permanen untuk permusuhan.
"Sekarang, sekali lagi, ada upaya manipulasi: entah kenapa, semua orang seolah-olah harus menunggu sampai 8 Mei sebelum menghentikan tembakan — hanya untuk memberikan Putin keheningan demi paradenya," kata Zelenskyy dalam sebuah pesan video di Telegram.
"Kami menghargai kehidupan manusia, bukan parade. Itulah sebabnya kami percaya - dan dunia percaya - bahwa tidak ada alasan untuk menunggu sampai 8 Mei," tambah pemimpin Ukraina itu.
Zelenskyy menekankan bahwa setiap gencatan senjata tidak boleh bersifat sementara tetapi langsung, penuh dan tanpa syarat - setidaknya selama 30 hari untuk memastikan itu aman dan dijamin.
"Ini adalah landasan yang bisa mengarah pada diplomasi yang nyata," katanya.
Presiden juga menekankan bahwa militer Rusia terus menyerang infrastruktur energi Ukraina.