ERA.id - Pemerintah Rusia secara mengejutkan menyetujui vaksin COVID-19 yang baru diujikan kepada 76 orang pada Selasa (12/8/2020). Rusia juga mengklaim ada 30 negara yang mengakui tertarik mencoba vaksin tersebut.
Vaksin tersebut dibuat oleh Gamaleya Institute of Epidemiology and Microbiology yang ada di Moskow, Rusia dan didanai oleh Dana Investasi Rusia (RDIF). Efek dari sertifikat registrasi vaksin COVID-19 ini adalah ia bisa diberikan kepada "sejumlah kecil warga di kelompok rentan", yaitu beberapa staf medis dan kaum lansia, seperti disampaikan oleh salah satu sumber Kementerian Kesehatan Rusia pada jurnal ilmiah Science.
Vaksin tersebut diberi nama Sputnik V - mengacu pada satelit Uni Soviet pada tahun 1957.
Seperti dilansir CNN, para peneliti Rusia telah melakukan pengujian pada manusia selama berbulan-bulan, namun, belum mempublikasikan datanya. Lebih-lebih, vaksin tersebut belum menjalani uji klinis fase 3 yang berfungsi untuk menentukan efektivitas kandidat vaksin Rusia ini dalam membentuk kekebalan terhadap virus SARS-CoV-2.
Rusia baru akan memulai uji klinis fase 3 pada Rabu (12/8/2020), yaitu kepada 2.000 orang di Rusia dan beberapa negara Timur Tengah dan Amerika Latin.
Banyak pihak dari dunia penelitian medis menilai jumlah partisipan pada uji klinis fase 3 terlalu sedikit. Alih-alih 2.000, umumnya ada puluhan ribu partisipan dalam uji klinis fase final ini.
Dr. Scott Gottlieb, eks komisioner Badan Obat dan Makanan AS (FDA) menilai bahwa bahkan jumlah total partisipan seluruh uji klinis vaksin Sputnik V baru setara dengan uji klinis Fase 1 dari kandidat vaksin lainnya.
"Kami tak memiliki informasi apapun mengenaai apakah vaksin ini aman," kata Keith Neal, profesor emeritus epidemiologi penyakit menular dari Universitas Nottingham, kepada CNN.
Sputnik V — the vaccine claimed by Russia as the world’s first's vaccine for the coronavirus — has yet to pass the crucial Phase 3 testing stage.
Here's how vaccines are developed 👇🏽 https://t.co/HkJoru3ey7 pic.twitter.com/UgSWbQwrUi
— CNN Philippines (@cnnphilippines) August 12, 2020
Rusia mengklaim bahwa sukarelawan uji klinis Fase 1 dan 2 baik-baik saja setelah disuntik vaksin mereka. Mereka tak menunjukkan efek samping yang tak diinginkan. Putri presiden Rusia pun sudah menerima suntikan vaksin tersebut.
Pada April lalu, Rusia sendiri telah membuat undang-undang yang tidak mewajibkan uji klinis fase 3 sebagai prasyarat persetujuan vaksin Sputnik V ini.
Neal dan Gottlieb sama-sama mempertanyakan efektivitas vaksin Sputnik V ini meski di situs resminya disebutkan bahwa "tak satu pun partisipan terinfeksi COVID-19 setelah disuntik vaksin [Sputnik V]." Kritik terhadap Rusia adalah bahwa mereka mempercepat pengumuman vaksin Sputnik V atas dasar tekanan politik dari Kremlin. Semua ini dilakukan agar Rusia tampak sebagai salah satu kekuatan terdapan dalam riset dan teknologi.
Sertifikat registrasi dari vaksin Sputnik V melarang distribusi vaksin ini secara luas sebelum tanggal 1 Januari 2021, yang ditengarai menunggu selesainya uji klinis yang saat ini sedang berjalan.