ERA.id - Otoritas Bandara Hong Kong (AAHK) memastikan bahwa penumpang penerbangan dari China menuju destinasi internasional bisa transit melalui Bandara Internaisonal Hong Kong mulai Sabtu hingga 15 Oktober.
Namun, penerbangan menuju China masih tidak diperbolehkan guna membatasi jumlah kasus COVID-19 dari luar China, AAHK melaporkan pada Kamis (13/8/2020).
Kebijakan ini mengkonfirmasi rencana jangka pendek untuk mempermudah mahasiswa China yang hendak melanjutkan studi ke luar negeri.
Seperti diberitakan South China Morning Post (SCMP), bandara Hong Kong sendiri telah membuka seluruh penerbangan sejak 1 Juni, kecuali yang bertujuan ke China.
Dalam peraturan bandara, penumpang transit hanya boleh berada di Bandara Internasional Hong Kong selama maksimal 24 jam saja. Hal ini disampaikan ketika banyak penumpang menetap di bandara selama tiga bulan akibat adanya krisis pandemi COVID-19.
Last year today, 20190812, the events of 8.11 had sparked controversy, including a woman that was allegedly shot in the eye by the police, were seriously injured by police actions that day. A demonstration against police brutality was held at the Hong Kong International Airport pic.twitter.com/1dQHQ3Zsil
— Studio Incendo (@studioincendo) August 12, 2020
Sementara itu, Cathay Pacific, maskapai penerbangan terbesar Hong Kong, bakal menanggung ongkos penerbangan yang tinggi akibat hanya dibukanya akses penerbangan hanya menuju Hong Kong saja.
Ronald Lam Siu-por, direktur urusan pelanggan dan bisnis Cathay Pacific, mengatakan pada Rabu lalu bahwa maskapainya sanggup menambah jumlah penerbangan dalam waktu singkat. Namun, ia belum mendengar rencana pemerintah China secara lebih lengkap.
"Jika ini terjadi di waktu mendatang, kami akan senang mendengarnya. Tentu saja kebijakan ini akan menambah volume penumpang via Hong Kong menuju berbagai lokasi di dunia," kata Lam.
Saat ini, pesawat-pesawat Cathay Airlines hanya terisi kurang dari 30 persen kapasitas total.
Di waktu normal, Ctathay Pacific adalah salah satu maskapai penerbangan terbesar yang melayani penerbangan ke 23 bandara di China. Namun sejak Agustus, maskapai tersebut hanya melayani penerbangan ke Beijing, Shanghai, Chengdu, dan Xiamen paling banyak 11 kali seminggu. Angka ini jauh di bawas 360 penerbangan per pekan yang terjadi sebelum pandemi.