8 Negara Sepakat Hindari Konflik dalam Eksplorasi Luar Angkasa di Bulan

| 15 Oct 2020 10:30
8 Negara Sepakat Hindari Konflik dalam Eksplorasi Luar Angkasa di Bulan
Ilustrasi: Delapan negara menyetujui Perjanjian Artemis yang dibuat NASA, yang mengatur cara pendudukan manusia di bulan. (Foto: Aron Visuals/Unsplash)

ERA.id - Delapan negara telah menandatangani Artemis Accords, yaitu pakta internasional mengenai penjelajahan bulan, kata Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Selasa (13/10/2020). Satu kemenangan bagi NASA dalam membentuk lanskap eksplorasi, dan eksploitasi, daratan bulan di masa mendatang.

Perjanjian tersebut, yang diberi nama sesuai program eksplorasi NASA ke bulan, menciptakan "zona aman" yang mengelilingi stasiun-stasiun eksplorasi tiap negara yang hendak bercokol di bulan. Zona semacam itu diperlukan untuk menghindari konflik antar kawasan. Hal ini, seperti dilansir Al Jazeera, kelak juga akan membuka jalan bagi perusahaan swasta yang ingin menambang bahan alam yang ada di bulan.

Kedelapan negara - Amerika Serikat, Australia, Kanada, Jepang, Luxemburg, Italia, Inggirs, dan Uni Emirat Arab - menandatangani perjanjian bilateral tersebut dalam konferensi luar angkasa tahunan, Selasa lalu. Pakta ini sendiri menjadi bukti bahwa AS sedang mencari sekutu untuk mendukung rencana mereka mengirim kembali astronot mereka ke bulan.

Baca Juga: Al-Amiri, Si Teknisi Muda Pemimpin Misi ke Mars

Pada 2019, Wakil Presiden AS Mike Pence meminta NASA untuk bisa mengirim kembali manusia ke bulan pada tahun 2024, atau dua kali lebih cepat dari yang direncanakan badan antariksa tersebut. Ia juga meminta agar ada pos manusia di daratan bulan.

"Yang coba kami lakukan adalah menciptakan norma dan aturan yang bisa disepakati setiap negara," kata administrator NASA Jim Bridenstine pada reporter, seperti dikutip Al Jazeera. Ia meyakini bahwa perjanjian terbaru ini sesuai dengan pakta tahun 1967 yang mengatakan bahwa bulan dan seluruh benda luar angkasa tidak boleh menjadi milik pribadi dari negara manapun.

Pemerintahan Donald Trump di AS dan di negara-negara lain yang mempunyai misi eksplorasi luar angkasa melihat bulan sebagai aset strategis. Bulan juga bernilai sebagai bahan riset saintifik dalam jangka panjang, salah satunya dalam mendorong misi perjalanan luar angkasa yang lebih jauh seperti ke planet Mars.

Rekomendasi