ERA.id - Terinspirasi oleh gambar Galaksi Andromeda yang ia lihat saat masih berumur 12 tahun, Sarah al-Amiri tidak menyangka bahwa di saat dewasa ia akan memimpin misi negaranya untuk menjelajahi planet Mars.
Selama lima tahun belakangan, Uni Emirat Arab memang sudah berusaha meretas batas sains dan teknologi di area jazirah Arab. Pada tahun 2017 mereka memilih Minister of Artificial Intelligence, sebagai yang pertama di dunia, untuk mengelola kecerdasan buatan dan berbagai teknologi maju lainnya.
Kemudian, pada tahun yang sama, mereka menunjuk seorang teknisi muda, Sarah al-Amiri, untuk memimpin misi ke luar angkasa. Padahal, saat itu isu luar angkasa bukanlah hal yang dibicarakan di wilayah Teluk Arab.
"Kami adalah negara yang terlambat berkompetisi menurut sudut pandang global," kata al-Amiri kepada jurnal saintifik Nature awal bulan ini, seperti dikutip DW. "Lumrah bila orang menganggap kami gila," tambahnya, mengacu pada misi penjelajahan Mars UEA yang dimulai pada Senin, (20/7/2020).
UAE's Mars probe "Hope" starts its journey to Mars atop Japan's H2A rocket. It's the first Mars mission by an Arab nation as UAE 'hopes' to ramp up its role in space pic.twitter.com/qUI7rZ79jt
— Joey Roulette (@joroulette) July 19, 2020
Al-Amiri awalnya adalah seorang teknisi komputer yang kemudian berpindah jalur ke bidang teknologi luar angkasa di Emirates Institution for Advanced Science and Technology. Di tempat itulah ia bekerja mengurusi satelit pertama UEA.
Dalam sebuah acara TEDxTalk di Dubai pada tahun 2017, ia membagikan pengalamannya memandang gambar Galaksi Andromeda mendorongnya untuk belajar sebanyak mungkin tentang luar angkasa.
Di saat dewasa, karirnya berkembang pesat di bidang sains dan teknologi. Ia terpilih memimpin Konsul Ilmu Pengetahuan Emirat pada tahun 2016 dan setahun kemudian ia diminta untuk memimpin riset sains mutakhir. Saat ini, di usia 33 tahun, ia menjadi wakil manajer proyek dan kepala sains dari misi penjelajahan Mars. Proyek ini dinamai Amal - atau "Harapan" dalam bahasa Arab.
"Misi ini dinamai 'harapan' karena kami ingin berkontribusi pada bagaimana kita semua memahami planet ini," kata dia. "Kami melampaui kekacauan yang saat ini menyelimuti wilayah kami dan memberi kontribusi positif pada ilmu pengetahuan."
Terpilihnya al-Amiri sendiri juga melampaui batas-batas norma sosial. Menurut jurnal Nature, teknisi perempuan berjumlah 34% dari total personil misi Mars Uni Emirat Arab dan 80% dari tim sains negara tersebut.