ERA.id - Otoritas negara bagian Tenessee, Amerika Serikat, pada Minggu, (27/12/2020), menyatakan bahwa pria berumur 63 tahun asal Kota Nashville sebagai pelaku ledakan bom di hari Natal lalu.
Pria bernama Anthony Quinn Warner, seorang tenaga kontrak di bidang Teknologi Informasi dari kawasan Antioch, ikut terbunuh dalam ledakan yang ia buat, demikian dilaporkan koran The Guardian mengutip kepolisian setempat.
"Warner adalah pelaku pengeboman," kata Don Cochran, jaksa untuk distrik Tenessee. "Ia berada di lokasi pengemboman dan tubuhnya ikut hancur oleh ledakan bom tersebut."
Nama Warner pada Minggu telah dihubung-hubungkan dengan ledakan yang terjadi di luar fasilitas milik perusahaan telekomunikasi AT&T. Akibat ledakan tersebut, layanan komunikasi data di sejumlah kota pun terputus.
Sebuah kanal televisi Nashville, WSMV, telah melaporkan bahwa Warner bekerja sebagai konsultan TI untuk perusahaan properti bernama Fridrich and Clark. Steve Fridrich, pemilik perusahaan tersebut, langsung mengontak Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat ketika membaca nama Warner di sebuah buletin berita. Kepada kanal televisi itu, Fridrich mengaku ditanyai FBI apakah Warner mengalami paranoia terhadap teknologi 5G, yaitu teknologi internet ekstra cepat yang sedang berkembang di beberapa negara.
Konspirasi 5G awalnya disebarluaskan oleh gerakan kultus QAnon dan isinya adalah teori konspirasi bahwa teknologi 5G adalah alat mata-mata dari pengendali pemerintahan AS, atau mereka sebut 'deep state'. Para konspirator juga percaya bahwa teknologi ini menyebabkan kanker dan mempercepat persebaran virus korona. Hingga kini klaim-klaim tersebut tidak berbukti.
Pada hari Minggu, Wali Kota Nashville memberi sinyal bahwa teori konspirasi 5G bisa menjelaskan motif peledakan.
"Bagi kebanyakan dari kami warga lokal, kami yakin ada maksud di balik kompleks AT&T sebagai lokasi pengeboman," kata John Cooper kepada saluran TV CBS.
"Itu sekadar pendapat dari warga lokal karena kami merasa pasti ada alasan kenapa lokasi tersebut dipilih."