Australia Ubah Lagu Kebangsaan Demi Hargai 60.000 Tahun Sejarah Bangsa Aborigin

| 03 Jan 2021 16:27
Australia Ubah Lagu Kebangsaan Demi Hargai 60.000 Tahun Sejarah Bangsa Aborigin
Wajah warga Australia dari suku Aborigin menghiasi beberapa bangunan silo di Kota Warracknabeal, Australia. (Foto: Denisbin/Flickr)

ERA.id - Pada Jumat, (1/1/2021), warga Australia memulai tahun baru dengan perubahan kecil dalam lagu kebangsaan mereka, "Advance Australia Fair". Perubahan ini adalah bentuk pengakuan negara tersebut atas sejarah dan keberadaan bangsa setempat, seperti disampaikan oleh Presiden Australia Scott Morrison.

Baris pertama lagu yang berbunyi, "Australians all let us rejoice, for we are young and free," (terjemahan: Bangsa Australia, marilah memuji, karena kita muda dan merdeka) kini diakhiri dengan frasa "one and free". Sehingga makna 'muda dan merdeka' kini berubah menjadi 'satu dan merdeka'.

"Sebagai bangsa modern, Australia mungkin adalah negara yang masih muda, namun, negara kita memiliki kisah masa lampau seperti yang dimiliki oleh Bangsa Pertama yang karyanya patut kita akui dan hormati," tulis Presiden Morrison dalam sebuah opini di koran Sydney Morning Herald.

"Dalam semangat persatuan, sudah benarlah bahwa kita turut mengakui hal-hal tersebut dan memastikan bahwa lagu kebangsaan kita mencerminkan kebenaran dan apresiasi kita terhadapnya. Mengubah 'muda dan merdeka' menjadi 'satu dan merdeka' tidak mengurangi apapun, namun, justru memperkaya."

Ini bukan pertama kalinya pemerintah Australia mengubah lagu kebangsaan agar lebih inklusif. Sebelumnya kata 'putra' dalam komposisi buatan Peter Dodds di tahun 1978 diganti dengan kata yang lebih netral secara gender.

Lagu kebangsaan Australia masih mengundang sejumlah kontroversi dalam beberapa tahun terakhir. Banyak pihak mendesak agar lagu tersebut memberi ruang bagi representasi bangsa setempat Australia, ketidaksetaraan sistemik, dan ketidakadilan secara rasial.

Klausa 'for we are young and free', yang mengindikasikan pendaratan Armada Pertama Inggris ke Australia pada tahun 1788, mendapat perhatian khusus karena daratan Australia sebelumnya sudah dihuni oleh bangsa dengan peradaban tertua di dunia. Sebuah artikel CNN menyebut bahwa bangsa-bangsa penghuni Australia pra-kolonial tersebut memiliki kultur berusia 60.000 tahun.

Perlu Langkah Selanjutnya

"Jujur, saya sangat gembira," kata Peter Vickery, pendiri lembaga Representation in Anthem yang telah mengampanyekan perubahan lagu kebangsaan Australia sejak 2016.

"Perubahan ini berhasil memenuhi salah satu tujuan kami, yaitu mengganti kata-kata yang menyakiti hati dan menyebabkan rasa tidak diterima dengan kata-kata yang lebih inklusif, mencerminkan masyarakat multikultural Abad ke-21."

Vickery menyadari bahwa perubahan lagu kebangsaan "tak akan menjadi perubahan yang substansial." Ia menyetujui kritik dari juara tinju Anthony Mundine yang pada Jumat mencuitkan bahwa 'perubahan satu kata saja tidaklah cukup." Namun bagi Vickery, perubahan lagu kebangsaan ini adalah 'sebuah langkah penting', demikian seperti dilaporkan CNN.

Ian Hamm, kepala organisasi bangsa asli First Nations Foundation di Australia juga ikut memuji perubahan dalam lirik lagu kebangsaan Australia, namun, ia mendesak dimunculkannya perubahan lain yang lebih substansial.

"Saya rasa ini adalah langkah penting. Namun, ya, ini hanyalah sebuah langkah, satu hal (dari banyak hal)," kata Hamm, dikutip CNN.

"Lagu kebangsaan itu hanyalah sebuah lagu. Ada banyak inisiatif dan perubahan dan upaya yang perlu dilakukan untuk menciptakan kesetaraan kesempatan bagi kaum Aborigin, juga kesetaraan harkat hidup bagi bangsa Aborigin."

Rekomendasi