Diancam dengan Sanksi Ekonomi, Rusia Mengaku Tak Segan Keluar dari Uni Eropa

| 14 Feb 2021 19:30
Diancam dengan Sanksi Ekonomi, Rusia Mengaku Tak Segan Keluar dari Uni Eropa
Dokumen: Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia, dan Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa. (Foto: Kementerian Luar Negeri Rusia)

ERA.id - Pemerintah Rusia menyatakan tak segan memutus hubungan dengan Uni Eropa bila ke depan bakal dijatuhi sanksi ekonomi dan dimasukkan ke dalam daftar hitam tujuan perjalanan di Eropa, dilansir dari Daily Mail, (12/2/2021).

Pernyataan tersebut makin memperuncing pemerintahan Vladimir Putin dengan negara-negara Eropa lainnya menyusul perlakuan Kremlin terhadap tokoh oposisi politik Rusia, Alexei Navalny.

Awalnya, Rusia menarik tiga diplomatnya di Swedia, Jerman, dan Polandia setelah adanya aksi protes yang mendesak dibebaskannya Navalny.

Sebagai respons, kepala kebijakan luar negeri UE Joseph Borrell mengaku akan menjatuhkan sanksi ekonomi yang berat terhadap negara super power itu. Hal ini lah yang lantas ditanggapi dengan ketus oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

Lavrov mengatakan pada EU bahwa Rusia 'siap' memutus hubungan jika rencana sanksi ekonomi tetap dijalankan. Ia juga menambahkan, "Jika kalian ingin perdamaian, persiapkan diri kalian untuk berperang."

Melansir Daily Mail, belum jelas benar pemutusan hubungan seperti apa yang dikehendaki Rusia. Namun, Lavrov menyatakan bahwa Rusia menginginkan kedaulatan ekonomi, seperti halnya yang mereka terapkan pada kekuatan militer mereka.

Di saat yang sama, EU dan Rusia masih saling terikat kerja sama di mana Rusia perlu memasok sejumlah vaksin COVID-19 Sputnik V, yang persetujuannya masih belum dikeluarkan oleh pihak EU.

Tiga diplomat Eropa mengatakan bahwa Uni Eropa kemungkinan akan memasukkan Rusia ke dalam daftar hitam tujuan perjalanan dan membekukan aset-aset dari sekutu Vladimir Putin, paling cepat pada bulan ini. Prancis dan Jerman dikabarkan bakal segera menjalankan kebijakan ini.

Rekomendasi