ERA.id - Sebelum tak sadarkan diri di kabin pesawat yang menuju Moskow, Jumat (20/8/2020), Alexei Navalny, pemimpin oposisi Rusia, sudah diincar banyak orang kuat yang bercokol di Kremlin. Ia kerap membongkar kasus mega-korupsi yang menurutnya makin merajalela di Rusia selama rezim kepemimpinan Presiden Vladimir Putin.
Navalny pernah diancam akan dipanggang jadi "daging steak" oleh Viktor Zolotov, kepala National Guard Rusia yang membawahi 300.000 personil tentara, karena merasa nama baiknya tercemar oleh laporan yang dirilis Navalny.
Yayasannya, Anti-Corruption Foundation, juga pernah dituntut ganti rugi 1,6 juta dollar AS (Rp23,73 miliar) oleh perusahaan katering milik Yevgeny Prigozhin, orang dekat Putin, yang dituduh Navalny memasak menu makan siang yang tercemar bagi anak-anak sekolah.
Videonya mengenai perdana menteri dan mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev juga pernah memicu aksi protes besar-besaran di kota Moskow pada musim panas 2017.
"Aktivitas utama Navalny adalah menyelidiki elemen utama dari rezim Putin, yaitu perihal korupsi," kata Lyubov Sobol, koleganya di Anti-Corruption Foundation.
Navalny mengenyam sekolah hukum dan memulai karir investigasinya dengan menyidik perusahaan BUMN energi Rusia pada era 2000an. Tahun 2010, ia membocorkan laporan yang mencantumkan bahwa 4 miliar dolar AS (Rp59,3 triliun) telah dicuri dari perusahaan BUMN Rusia Transneft selama proyek konstruksi pipa penyaluran minyak.
Ia merilis hasil laporannya via blog LiveJournal, sambil bergerilya dan membuat pusat riset oposisi agar anggota partai United Russia kalah dalam pemilihan anggota parlemen.
Tak heran bila hidup Navalny kerap berada di ujung tanduk. Ia pernah diracun di dalam penjara pada tahun 2019 dan diserang dengan gas semprot berwarna hijau pada tahun 2017, yang membuat salah satu matanya setengah buta, seperti diberitakan The Guardian.
Orang-orang terdekatnya pun kerap menerima ancaman. Suami Lyubov Sobol, seorang antropolog bernama Sergei Mokhov, pernah mengalami kejang-kejang pada tahun 2016 karena mendapat tusukan jarum suntik di paha atasnya. Sobol menuduh kroni Putin berada di belakang aksi tersebut.
A recent history of high-profile poisonings@AFP
Russian opposition leader #AlexeiNavalny is in intensive care after what his spokeswoman said was a suspected poisoninghttps://t.co/jG3ts9kCFc pic.twitter.com/5c8l7tdLV7
— AFPgraphics (@AFPgraphics) August 20, 2020
Aksi racun-meracun, menurut Sobol, adalah "ciri khas Kremlin", seperti dilansir The Guardian, Kamis (20/8/2020).
Kamis lalu, Navalny sedang berada dalam penerbangan kembali ke Moskow, dari kota Tomsk di Siberia, ketika ia tak sadarkan diri. Ia diduga diracun lewat minuman teh yang ia minum hari itu.
Russian opposition leader Alexey Navalny (@Navalny) has been reportedly poisoned, he is now in intensive care in serious condition. His spokeswoman suspects the toxin was hidden in his tea.
Read: https://t.co/D087CMVQWWpic.twitter.com/jUEYHnNJ6S
— Anonymous 🐈⬛ (@YourAnonCentral) August 20, 2020
Sobol mengatakan bahwa, selain melakukan kampanye mendekati pemilihan umum, Navalny juga sedang menyelidiki suatu kasus korupsi di Siberia. Namun, tindakan peracunan itu diyakini datang dari pejabat level-tinggi di Rusia.
"Rasanya tidak mungkin bahwa pejabat rendah di tingkat lokal, bahkan gubernur lokal, berani melakukan kejahatn serius semacam itu," kata Sobol.
Petr Verzilov, pemilikmedia Mediazona, yang juga pernah mengalami serangan serupa Navalny pada tahun 2018, meyakini bahwa aktivitas oposan seperti Navalny pasti telah mengusik rezim politik Kremlin.
"[Namun,] orang-orang Kremlin paham bahwa jika mereka memenjarakan dia, popularitasnya justru bakal meningkat dan akan terjadi aksi protes besar-besaran," kata Verzilov. "Anda perlu berhati-hati bahwa serangan fisik, peracunan, hal ini bisa terjadi pada Anda."