Facebook India Sensor Tagar Berisi Desakan Mundur kepada PM Modi

| 29 Apr 2021 13:45
Facebook India Sensor Tagar Berisi Desakan Mundur kepada PM Modi
Ilustrasi: media sosial Facebook. (Foto: Joshua Hoehne/Unsplash)

ERA.id - Sebuah tagar yang isinya mendesak pengunduran diri dari perdana menteri India, Narendra Modi, sempat disensor oleh Facebook pada Rabu, (28/4/2021), hingga menutup akses pada 12 ribu unggahan yang kritis terhadap respons pandemi India.

Tagar #ResignModi, atau bermakna 'Modi Mundurlah', sempat tidak bisa ditemukan di Facebook, seperti disampaikan para pengguna di India via platform Twitter.

Pengguna Facebook yang berusaha mencari tagar tersebut justru mendapatkan pesan bahwa unggahan-unggahan dengan tagar tersebut "disembunyikan secara sementara" karena "beberapa konten di unggahan tersebut melanggar Standar Komunitas kami," demikian dilansir dari The Guardian, Kamis.

Namun, pada Rabu malam, tagar tersebut kembali bisa diakses oleh pengguna Facebook di Amerika Serikat. Juru bicara Facebook juga mengonfirmasi mereka telah membatalkan sensor atas tagar tersebut.

"Kami secara tak sengaja menyensor tagar tersebut, bukan karena permintaah pemerintah India. Dan kami telah memulihkan (tagar) itu," sebut juru bicara Facebook, dikutip The Guardian.

Facebook India sebelumnya menerima kritikan pedas setelah Wall Street Journal pada Agustus melaporkan adanya hubungan antara seorang karyawan senior Facebook dengan partai Bharatiya Janata yang dipimpin Modi. Karyawan tersebut akhirnya mundur dari jabatan setelah mengunggah tulisan yang menyebut warga muslim India sebagai "komunitas yang bobrok".

Sensor terhadap tagar #ResignModi terjadi setelah kritik serupa diarahkan pada Twitter yang menyensor lebih dari 50 cuitan yang memprotes cara pemerintahan India menangani pandemi.

Setelah dipulihkan, tagar #ResignModi menghimpun unggahan berisi kondisi horor yang meliputi India saat ini. Rumah sakit dipenuhi pasien dan jenazah yang meninggal karena infeksi Covid-19. Kasus infeksi Covid-19 harian di negeri itu melampaui angka 360 ribu per hari, sementara kapasitas tempat tidur pasien menipis.

Rekomendasi