376 Ribu Orang Setujui Petisi Batalkan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo

| 21 May 2021 13:55
376 Ribu Orang Setujui Petisi Batalkan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo
Ring Olimpiade di Odaiba Marine Park in Tokyo, Jepang, 6 Agustus 2020. REUTERS/KIM KYUNG-HOON/FILE PHOTO

ERA.id - Sebuah petisi daring agar Olimpiade Tokyo 2020 dibatalkan telah meraup dukungan lebih dari 376 ribu orang pada Jumat, (21/5/2021), atau dua pekan sejak dirilis, menggambarkan sentimen negatif warga Jepang terhadap acara yang dikhawatirkan bakal menjadi 'klaster raksasa' wabah Covid-19.

Sebuah petisi Change.org berjudul 'Cancel the Tokyo Olympics to protect our lives' menyatakan sejumlah organisasi - mulai dari Komite Olimpiade Internasional hingga pemerintah Jepang - tengah memaksa diri untuk tetap menyelenggarakan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo.

Padahal, wabah infeksi Covid-19 di Jepang jauh dari kondisi terkontrol, sebut pengacara Kenji Utsunomiya yang menginisiasi petisi itu.

"Olimpiade Tokyo jelas tidak mungkin bisa diselenggarakan secara aman. Jika event ini tetap dikejar, Olimpiade bakal mengabaikan tujuan utamanya, yaitu 'merayakan perdamaian'," sebut Utsunomiya.

"Akan ada gap pemisah antar atlet, dengan sejumlah perbedaan signifikan terkait kemampuan mereka berlatih dan mempersiapkan diri untuk berlaga."

Petisi ini per Jumat, (21/5/2021) telah ditandatangani lebih dari 376 ribu orang.

Didukung Banyak Pihak

Seruan pembatalan Olimpiade Tokyo juga didukung oleh pekerja medis Jepang, dengan sebuah organisasi yang mewakili 6.000 dokter di Tokyo pekan ini menyebut pembatalan Olimpiade adalah "pilihan tepat" karena event tersebut berisiko melonjakkan jumlah infeksi dan kematian akibat Covid-19.

Dilansir dari The Guardian, meski jumlah kasus di Tokyo telah menurun pekan lalu, jumlahnya masih cukup tinggi, sementara para pakar mewanti-wanti varian Covid-19 baru kini mulai ditemukan di sebagian besar kasus infeksi.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, per Jumat, Jepang mencatat 705.641 kasus infeksi Covid-19, yang 12.006 kasus di antaranya berujung pada kematian.

Utsunomiya mengatakan bahwa pandemi memaksa kaum wanita, lansia dan anak muda bergantung pada bantuan LSM untuk mendapatkan makanan dan tempat tinggal. Ia berharap anggaran untuk membayar dana tambahan Olimpiade - yang ia taksir setara Rp38,84 triliun - bisa digunakan untuk mendanai bantuan kepada warga Jepang sendiri.

Dan baginya, seperti ditulis di petisi, pembatalan Olimpiade belum terlambat.

"Kami dengan keras mendesak pembatalan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo musim panas ini. Untuk mencegah meluasnya infeksi dan melindungi nyawa kita, kita harus menggunakan sebaik mungkin sumber daya yang kita punya."

Media Kyodo dan Nikkei menaksir 79.000 orang - mulai dari atlet, penyelenggara, jurnalis, dan staf pendukung - bakal menghadiri ajang Olimpiade pada Juli nanti. Angka ini sekitar setengah dari ekspektasi jumlah orang yang akan menghadiri olimpiade pra-pandemi Covid-19, sebut The Guardian.

Direktur utama Olimpiade Tokyo 2020 Toshiro Muto menyatakan jumlah hadirin akan dibatasi maksimal 90 ribu orang, atau bisa lebih sedikit lagi. Langkah ini menjadi cara panitia dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk menenangkan keresahan publik Jepang.

Sekitar 11.500 atlet yang berlaga di Tokyo nantinya tidak perlu menjalani karantina pasca tiba Jepang, namun, mereka diwajibkan menjalani pengetesan Covid-19 setiap hari dan dibatasi untuk hanya tinggal di sekitar akomodasi dan lapangan olah raga.

Pada Rabu, presiden IOC Thomas Bach, menyatakan ia mengalkulasi ada lebih dari 80 persen warga yang tinggal di kampung atlet yang telah divaksin saat Olimpiade dimulai pada 23 Juli.

Namun, meski para atlet ditawari suntik vaksin Pfizer/BioNTech, sejauh ini baru 3,7 persen dari 126 juta warga Jepang yang telah mendapatkan setidaknya satu kali suntikan vaksin. Persentase ini adalah yang terendah di kalangan negara-negara maju.

Kurang dari 30 persen tenaga medis di Tokyo telah selesai divaksinasi, sebut media Nikkei.

Rekomendasi