Media Pyongyang Sebut Bahasa Gaul Korsel 'Lebih Berbahaya dari Senjata Musuh'

| 20 Jul 2021 19:15
Media Pyongyang Sebut Bahasa Gaul Korsel 'Lebih Berbahaya dari Senjata Musuh'
Kim Jong Un, pemimpin tertinggi Korea Utara. (Foto: ANTARA/Reuters)

ERA.id - Koran pemerintah Korea Utara mendesak generasi muda negeri tersebut untuk tidak menggunakan bahasa gaul kaum muda Korea Selatan, dan meminta mereka menggunakan bahasa baku Korea Utara.

Koran Rodong Sinmun, corong pemerintahan Kim Jong-un, menyebut bahasa gaul dan budaya pop Korea Selatan - atau K-pop - sebagai 'penetrasi ideologi' yang berbahaya, demikian disebut dalam laporan BBC, (19/7/2021).

"Penetrasi ideologi dan kultural lewat corak-corak penuh warna dari kaum borjuis tersebut lebih berbahaya daripada musuh yang menenteng senjata," tulis artikel koran tersebut.

Media itu menyebut bahwa dialek Pyongyang lebih tinggi dibanding bahasa gaul ala Seoul, dan anak muda setempat perlu menggunakan bahasa dengan benar.

Melansir BBC, Korea Utara belakangan ini memang berusaha untuk mengikis penggunaan bahasa gaul Korea Selatan, misalnya pemanggilan 'oppa' untuk sosok suami atau pacar. Istilah itu sebenarnya bermakna 'kakak laki-laki', demikian sebut BBC.

Gempuran budaya asing secara umum juga dipandang sebagai ancaman oleh rezim komunis Korea Utara, apalagi di bawah kekuasaan Kim Jong-un.

Baru-baru ini ia melabeli K-Pop sebagai "kanker ganas" karena merusak kaum muda Korea Utara, seperti diberitakan koran New York Times.

Korea Utara kini telah memiliki undang-undang yang mengatur soal budaya asing, yang tujuannya mencegah anak muda mengadopsi gaya fesyen, gaya rambut, dan musik dari luar, terutama Korea Selatan.

Melansir BBC, siapapun yang tertangkap basah menyimpan media atau konten dari Korea Selatan, Amerika Serikat atau Jepang dalam jumlah besar bisa divonis hukuman mati. Sementara, mereka yang ketahuan menonton hiburan dari negara-negara tersebut bisa dikenai vonis penjara 15 tahun.

Namun, seluruh aturan ketat itu tak menghentikan minat masyarakat mencari hiburan dari luar. Aksi penyelundupan media luar negeri ke Korea Utara hingga kini masih terjadi.

Yang Moo-jin, profesor di Universitas Ilmu Korea Utara mengatakan bahwa Jong-un, yang dididik di Swiss, tahu benar betapa mudah hiburan dari K-Pop atau Dunia Barat diteirma generasi muda.

"Ia tahu bahwa aspek kebudayaan ini bisa menjadi beban bagi sistem (pemerintahan). Jadi, dengan mengikis hal-hal tersebut, Kim sedang berupaya mencegah masalah-masalah yang bisa muncul di kemudian hari," sebut Moo-jin.

Rekomendasi