Apa Itu Covid-22, Benarkah Lebih Berbahaya daripada Covid-19?

| 25 Aug 2021 13:35
Apa Itu Covid-22, Benarkah Lebih Berbahaya daripada Covid-19?
Ilustrasi: Tenaga kesehatan berjalan menggunakan hazmat. (Foto: Pixabay)

ERA.id - Sebuah varian baru Covid-19 mau tidak mau akan muncul sebagai hasil perpaduan varian 'ganas' seperti Delta, Beta atau Gamma, lalu menghasilkan dampak lebih buruk dari yang terlihat saat ini, sebut seorang ahli imunologi dari Swiss.

Ahli imunologi tersebut, bernama Prof Sai Reddy, menamai varian yang "sangat berisiko" ini sebagai Covid-22, melansir the Sun, (23/8/2021).

"Covid-22 bisa lebih buruk dari yang kita alami saat ini," sebut Prof Reddy, dikutip media Jerman Blick.

"Jika varian semacam ini muncul, kita harus mengenalinya sedini mungkin dan produsen vaksin harus mengadaptasikan vaksinya segera. Kemunculan varian baru ini adalah risiko besar. Kita harus mempersiapkan diri."

Prof Reddy menyebut bahwa varian Delta sejauh ini merupakan varian paling menular. Varian ini ia namai sendiri sebagai 'Covid-21'. Namun, varian virus corona ini belum memiliki mutasi genetik yang membuatnya sanggup lolos dari sistem imun manusia.

Sai Reddy
Prof Dr Sai Reddy, ahli virus dan imunologi dari ETH Zurich, Swiss. (Foto: ETH Zurich)

Mutasi semacam itu sebenarnya sudah terjadi di varian lainnya, yaitu Beta, yang ditemukan pertama kalinya di Afrika Selatan. Namun, varian yang membuat vaksin menjadi kurang efektif ini belum terlalu menyebar luas.

Prof Reddy mewanti-wanti bahwa jika mutasi varian-varian itu bergabung - entah menjadi lebih mematikan, lebih mudah menular, atau bisa lolos dari sistem imun - bakal jadi masalah di masa depan.

"Pandemi akan memasuki sebuah fase baru jika Beta atau Gamma menjadi lebih infeksius, atau Delta mengadopsi 'mutasi pelepas'. Itu akan jadi masalah tahun depan," ucapnya.

Kelompok Scientific Advisory Group for Emergencies (SAGE) pada 30 Juli merilis makalah yang "mengamini" kemungkinan munculnya varian Covid-19 yang lebih mematikan. Hal ini disebabkan bahwa vaksin pada dasarnya "tidak memberi imunitas absolut", sementara virus corona masih beredar luas secara global.

Dalam sebuah pernyataan dalam acara BBC Breakfast, konsultan virologis dan pengajar di Universitas Cambridge mengatakan bahwa saat ini pemerintah perlu membuat kebijakan yang tepat, tidak "gegabah atau terburu-buru".

"Kita semua setuju bahwa pandemi belum akan berakhir hingga wabah benar-benar berakhir di seluruh sudut dunia, karena kalau tidak (pandemi) akan terus muncul lagi," kata Smith.

"Namun, jangan sampai lengah karena sangat mudah membuyarkan seluruh kerja keras kita selama ini ketika kita tahu bahwa seiring waktu imunitas dari hasil vaksinasi semakin menurun efektivitasnya."

Ia lantas berbicara agar pemerintah Inggris tidak membuat keputusan yang gegabah dan terburu-buru terkait prospek munculnya varian baru. Ia berharap persiapan pemberian vaksin dosis pemacu - yang bakal dimulai September di Inggris - harus dilakukan dengan matang.

Rekomendasi