Hasil Menjanjikan Dosis Pemacu Vaksin J&J, Bisa Angkat Level Antibodi di Bulan Keenam

| 27 Aug 2021 18:47
Hasil Menjanjikan Dosis Pemacu Vaksin J&J, Bisa Angkat Level Antibodi di Bulan Keenam
Arsip: Pejabat Departemen Kesehatan New York mengawasi produk vaksin Covid-19 Johnson & Johnson di New York, (3/3/2021). (Foto: New York National Guard/Flickr)

ERA.id - Dosis pemacu vaksin Covid-19 Johnson & Johnson (J&J) memproduksi antibodi dalam jumlah besar sehingga memberi proteksi sangat kuat untuk mencegah infeksi corona, sebut perusahaan tersebut, Rabu, (25/8/2021).

Level antibodi meningkat hingga sembilan kali lipat saat disuntikkan enam bulan sejak dosis pertama J&J. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan bila dosis pemacu disuntikkan 28 hari sejak dosis pertama.

Data tersebut didapat dari dua studi Fase 2 di Amerika Serikat dan Eropa, sebut perusahaan tersebut, melansir CNN. Studi melibatkan 2.000 partisipan, yang beberapa di antaranya mendapatkan suntikan pemacu pada bulan keenam.

"Data awal dari penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa dosis pemacu vaksin Covid-19 Johnson & Johnson menciptakan antibodi secara cepat dan kuat, sembilan kali lebih tinggi jika dibandingkan saat pemacu disuntikkan 28 hari sejak suntikan pertama," demikian sebut perusahaan itu.

Informasi ini sangat dinanti-nanti sejumlah orang yang divaksin Covid-19 menggunakan produk J&J. Di Amerika Serikat, pemerintah mengumumkan bakal memberikan dosis pemacu vakisn Pfizer dan Moderna di tengah merebaknya lagi wabah corona akibat varian Delta.

J&J sendiri menyatakan telah berdiskusi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS, Pusat Pengendalian dan Pencegahan (CDC) AS, Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta organisasi lainnya, terkait perlu tidaknya memberikan dosis pemacu untuk produk mereka.

Vaksin J&J mendapat izin darurat dari FDA AS pada akhir Februari. Sekitar 14 juta warga AS kini telah mendapat suntikan vaksin ini, menurut data CDC.

Berbeda dengan produk Pfizer atau Moderna yang menggunakan teknik mRNA, vaksin J&J menggunakan virus adenovirus - virus penyebab demam - yang sudah dilumpuhkan, untuk membawa 'informasi' pemicu antibodi tubuh.

Terdapat kekhawatiran bahwa metode vaksin J&J ini tidak cocok dengan strategi vaksin pemacu, karena ada kemungkinan tubuh manusia membentuk antibodi yang bakal menghambat vector virus dosis pemacu.

Namun, seperti disampaikan Dr Dan barouch, periset vaksin di Beth Israel Deaconess Medical Center dan Harvard Medical School, hasil riset J&J berkata lain.

"Saya rasa data ini menjawab kekhawatiran (soal respons antibodi) itu," kata Barouch, dikutip dari CNN.

Di sisi lain, pada suatu saat, mau tidak mau, dosis pemacu J&J pasti akan dibutuhkan. "Saya yakin bahwa FDA, CDC, NIH, dan Gedung Putih bakal menggunakan data ini untuk merekomendasikan agar warga yang divaksin J&J diberi dosis pemacu, mungkin dengan dosis kedua J&J," kata Barouch.

Rekomendasi