Kabar Baik, Racun Ular Berbisa di Brazil Diduga Bisa Obati Covid-19

| 07 Sep 2021 16:45
Kabar Baik, Racun Ular Berbisa di Brazil Diduga Bisa Obati Covid-19
Ular berbisa jenis Bothrops jararacussu banyak ditemukan di Brazil hingga Argentina. (Foto: Wikimedia Commons)

ERA.id - Jararacussu, sebuah spesies ular berbisa yang ada di Brazil, memiliki racun yang diduga bisa dipakai untuk mengobati infeksi Covid-19, demikian disebutkan tim ilmuwan dalam sebuah penelitian.

Para ilmuwan dari Brazil itu telah menemukan adanya satu molekul dalam racun ular yang bisa memperlambat hingga sebanyak 75% proses replikasi virus corona di sel coba hewan monyet, melansir Sky News, (7/9/2021).

Dalam makalah yang dipublikasikan via jurnal Molecules, molekul yang dimaksud diterangkan sebagai fragmen peptida atau rantai asam amino, yang bisa terhubung dengan sebuah enzim virus corona bernama PLPro.

PLPro sendiri adalah elemen vital dalam proses replikasi virus tanpa merusak sel lainnya.

Salah satu ilmuwan dalam penelitian tersebut, Rafael Guido, mengatakan bahwa penemuan komponen dalam racun ular tersebut adalah "langkah pertama" dalam suatu proses jangka panjang menemukan obat infeksi Covid-19.

"Komponen racun yang diteliti ini memiliki potensi pengembangan jangka panjang. Kami telah mengambil langkah awal," sebut Guido, dilansir dari Sky News.

Ular jararacussu sendiri bisa ditemukan di Brazil, di Hutan Atlantik, Bolovia, Paraguay, hingga Argentina. Ular ini merupakan ular berbisa terbesar di Brazil, bisa tumbuh hingga sepanjang 2 meter.

Guido mengatakan bahwa penemuan timnya "tak diragukan lagi" merupakan sebuah penemuan besar. Namun, ia mewanti-wanti agar masyarakat tidak lantas berburu ular jararacussu ini di seantero Brazil, karena menurutnya, hal tersebut justru tidak akan menyelamatkan dunia dari pandemi corona.

"Komponen yang ditemukan cuma sepersekian dari kandungan racun. Bukan semata racun itu saja yang bakal mengobati virus corona," ungkapnya.

Kini para ilmuwan akan meneliti efektivitas pemberian molekul racun tersebut dalam berbagai dosis dan apakah ia bisa mencegah masuknya virus corona sejak awal, demikian disampaikan oleh Universitas Sao Paulo (Unesp) yang juga terlibat dalam penelitian tersebut.

Belum ada informasi kapan molekul akan diujicobakan pada manusia.

Rekomendasi